Harga bibit dan bawang merah segar makin layu



JAKARTA. Petani bawang merah benar-benar menangis. Setelah harga bawang merah segar anjlok, kini giliran harga bibit bawang merah yang ikut terpuruk.

Para petani bawang yang sempat berharap mendulang untung dari penjualan bibit bawang kini terpaksa gigit jari. Selain faktor panen raya, anjloknya harga juga karena derasnya impor bawang merah.

Kementerian Perdagangan (Kemdag) mencatat, rata-rata harga bawang merah di tingkat konsumen nasional turun menjadi Rp 14.630 per kilogram (kg) pada 14 Oktober lalu. Di awal bulan ini, harganya Rp 15.300 per kg.


Data di Kementerian Pertanian (Kemtan), harga grosir bawang merah di tingkat provinsi pada periode yang sama juga turun. Misalnya di Medan, Sumatera Utara. Harga bawang merah hanya Rp 11.000 per kg, turun 8,33% dalam sebulan terakhir. Di Kupang, Nusa Tenggara Timur harga anjlok 37,5% menjadi Rp 12.500 per kg, dan di Pekanbaru turun 10% menjadi Rp 10.500 per kg.

Pada saat itu, harga bawang merah di Pontianak, juga melorot 25% tinggal Rp 9.000 per kg, sementara di Makassar, harga bawang turun 16,67% menjadi Rp 10.000 per kg.

Akat, Ketua Asosiasi Pembibit Bawang Merah Indonesia (APBMI), bilang, anjloknya harga bawang merah segar juga diikuti turunnya harga bibit. Soalnya, dengan harga jual bawang yang tertekan, daya beli petani melemah sehingga pembibit juga terpaksa melepas bawang merah di tingkat harga yang tidak menguntungkan.

Pada Oktober ini, rata-rata harga bibit bawang merah kering hanya Rp 10.000 per kg. Padahal, petani biasanya menjualnya dengan harga di atas Rp 20.000 per kg. "Ini karena saat petani panen raya, impor bawang merah tetap melaju," jelas Akat, Minggu (15/10).

Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung, sepanjang Januari - Agustus 2011, impor bawang merah baik segar maupun bibit mencapai 152.219 ton atau naik 167,87% dari periode sama tahun lalu sebanyak 56.824 ton. Secara nilai pun juga naik sebesar 177,36% dari US$ 25,34 juta menjadi US$ 73,06 juta. "Ini bukti ketidakberpihakan pemerintah kepada para petani dan pembibit bawang merah," keluh Akat.

Abdul Jafar, petani bawang merah dari Gabungan Kelompok Tani Budi Luhur, Tegal, berkata, pada Oktober ini rata-rata harga bibit bawang merah kering antara Rp 9.000 - Rp 10.000 per kg, sebelumnya malah di atas Rp 25.000 per kg. Petani kini lebih banyak menjual bibit kering daripada yang basah, soalnya bisa tahan hingga tiga bulan. Selain itu, harga bibit basah juga jeblok total.

Menurut Abdul, harga bibit lokal basah hanya Rp 4.500 per kg. Padahal, biasanya petani mampu menjual seharga Rp 15.000 per kg. "Bagaimana kami bisa menjual dengan harga tinggi, bila bibit impor hanya Rp 4.000 per kg di pasaran," jelas Abdul.

Abdul menambahkan, harga bibit bawang merah masih berpotensi turun dalam satu bulan mendatang. Soalnya, petani sudah membuat bibit kering sejak bulan Agustus lalu, saat berlangsung panen raya. Dengan daya tahan maksimal tiga bulan, artinya petani harus segera melepas bibit-bibitnya agar tidak kopong. "Seperti jatuh tertimpa tangga, kami tidak bisa menjual bawang merah segar dengan harga yang layak, selain itu harga bibitnya pun anjlok," papar Abdul.

Benny Kusbini, Ketua Umum Dewan Hortikultura Nasional (DKN), menjelaskan, impor bawang merah memang terus berlangsung. Alasannya, ada permintaan dari dalam negeri dan harga produk lokal yang terlalu tinggi. "Impor memang bukan solusi terbaik, karena bisa menimbulkan ketergantungan dari luar negeri," tandas Benny.

Oleh karena itu, agar impor berhenti, pemerintah harus merevitalisasi pertanian bawang merah. Tujuannya, untuk meningkatkan produktivitas dan menekan biaya produksi. Dengan demikian, harga jual bawang merah lokal bisa lebih murah. "Kalau harganya tinggi, konsumen yang menjerit," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini