Harga Bitcoin Anjlok Lebih Dalam ke Level US$ 61.000, Begini Prospek ke Depannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin (BTC) masih melanjutkan pergerakan bearish dan masih berada di area tekanan jual. Berdasarkan CoinmarketCap, harga Bitcoin terkoreksi cukup jauh sebesar 4,47% ke level US$ 61.273 pada perdagangan Senin (24/6) pukul 22.20 WIB. 

Co-founder CryptoWatch dan Pengelola Channel Duit Pintar, Christopher Tahir menuturkan sentimen yang membuat harga Bitcoin kembali melemah di melemah hingga ke level US$ 61.000 karena arus keluar investasi dari ETF BTC spot sudah mencapai lebih dar US$ 1 miliar dalam dua minggu terakhir. 

“Sehingga hal tersebut menjadi salah satu penyebab tekanan pada harga Bitcoin,” kata Christopher kepada Kontan.co.id, Senin (24/6), 


Baca Juga: Harga Aset Kripto Kompak Turun, Begini Proyeksi Harga ke Depan

Selain itu, dia mengatakan sentimen lainnya datang dari data Lookonchain yang mengungkapkan bahwa sembilan ETF secara kolektif telah menjual 1.290 Bitcoin, yang artinya terdapat penurunan kapitalisasi pasar sebesar US$ 83,7 juta. Aksi jual ini mungkin juga berkontribusi terhadap tekanan pada harga BTC.  

Selain itu, Christopher menyebutkan bahwa ETF Bitcoin Fidelity juga telah mengurangi kepemilikannya dengan jumlah yang sama yaitu 1.290 BTC, sehingga totalnya menjadi 168.862 BTC senilai US$10,95 miliar.

“Selama beberapa bulan terakhir, kami telah mengikuti kinerja ETF sehubungan dengan harga Bitcoin. Tren yang muncul adalah ketika arus keluar melonjak, Bitcoin jatuh atau kesulitan menemukan arah dan pada akhirnya berkonsolidasi,” bebernya.

Baca Juga: Harga Bitcoin Kembali Menyentuh US$ 64.000, Simak Sentimen dan Prospeknya ke Depan

Menurut dia, arus keluar yang terus-menerus sejak minggu lalu, setelah pertemuan FOMC dan sikap hawkish The Fed terhadap penurunan suku bunga, membuat nilai kumulatif total arus masuk bersih ETF Bitcoin telah turun menjadi US$ 14,81 miliar.

“Jika sentimen gagal pulih, penurunan harga Bitcoin mungkin akan berlanjut hingga akhir minggu,” kata dia. 

Sedangkan dari sisi analisis teknikal, Christopher mengatakan dalam sepuluh hari terakhir, Bitcoin kesulitan menampilkan candle bullish yang signifikan dan turun hampir 5%. 

Kendati begitu, Christopher memprediksi Bitcoin masih memiliki prospek yang bagus, karena seluruh data baik fundamental maupun onchain menunjukkan potensi pelanjutan penguatan. 

Baca Juga: Harga Bitcoin di US$ 65.000 Usai Dua Bulan Halving, Diprediksi Datar di Jangka Pendek

Untuk itu, dia menproyeksi bahwa penurunan BTC saat ini hanya dalam jangka pendek dikarenakan harga juga masih bertahan dan belum ada koreksi yang terlalu signifikan.

“Namun, memang belum saatnya penguatan tersebut terjadi jika dilihat berdasarkan siklus harga yang ada,” imbuhnya. 

Dengan demikian, Christopher memperkirakan pada akhir tahun 2024. haga Bitcoin berpotensi menguat sebanyak 20% dari harga saat ini. 

Ia pun memproyeksi harga BTC bisa menembus hingga US$80.000 hingga US$100.000 pada akhir tahun ini, dengan adopsi terus meningkat, khususnya mulai disetujui ETF Bitcoin spot di berbagai negara. 

“Apalagi baru-baru ini Australia telah mulai memperdagangkan ETF Bitcoin spot dan dari Asia Thailand,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto