KONTAN.CO.ID - Harga Bitcoin
rebound di atas level
support US$ 19.000 pada Kamis (8/9), bangkit dari level terendah. Sehari sebelumnya harga Bitcoin jatuh ke US$ 18.558, titik terendah dalam dua bulan terakhir. Mengutip data
CoinDesk pada Kamis (8/9) pukul 12.43 WIB, harga Bitcoin ada di US$ 19.296,29 atau naik 2,81% dalam 24 jam terakhir.
Tapi, analis kripto tetap skeptis terhadap reli harga Bitcoin bisa bertahan lebih lama.
Baca Juga: Harga Bitcoin Jatuh Dalam, Tekanan Jual Mengarah ke Level Terendah "Secara umum, lingkungan makro tidak bersahabat dengan semua aset berisiko, termasuk Bitcoin," kata Alexandre Lores,
Director of Blockchain Markets Research Quantum Economics, kepada
CoinDesk. "Yang didorong oleh kenaikan suku bunga The Fed dan kebijakan energi ESG (lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan) Eropa dan AS yang dikombinasikan dengan pertumbuhan pasca Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina," ungkapnya. Sementara pasar saham AS ditutup lebih tinggi pada Rabu (7/9) karena investor mendapatkan kembali selera untuk aset berisiko, setidaknya untuk sementara. Indeks Nasdaq dan S&P 500 yang berfokus pada saham teknologi masing-masing naik sekitar 2%.
Baca Juga: Bitcoin Tidak Mati, Hanya Membosankan Saat Ini Bitcoin telah menghabiskan sebagian besar tahun ini mengikuti pergerakan saham teknologi. Craig Erlam, Analis Pasar Senior untuk Oanda, berhati-hati dalam memprediksi kenaikan harga Bitcoin yang berkelanjutan. "Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita bisa melihat spiral lain, seperti yang sering kita alami di masa lalu," katanya kepada
CoinDesk. "Itu jika harga Bitcoin menembus posisi terendah musim panas sekitar US$ 17.500 untuk diperdagangkan pada level akhir 2020," imbuh dia.
Editor: S.S. Kurniawan