Harga Bitcoin Bertahan di Atas US$ 22.000, Ini Rekomendasi Para Pakar Kripto



KONTAN.CO.ID - Melansir Fortune.com, harga Bitcoin (BTC) naik lebih dari 5% sejak Jumat (15/7/2022), dan bertahan di atas level US$ 22.000 pada Senin (18/7/2022) untuk pertama kalinya sejak jatuhnya harga pada pertengahan Juni. 

Ether (ETH) berkinerja lebih baik, naik hampir 20% sejak Jumat menjadi US$ 1.479.

Bank of America pada hari Jumat mengatakan melihat tanda-tanda berlanjutnya tekanan jual yang memudar pada kripto. 


“Selama dua minggu terakhir, nilai pasar aset digital turun 4% vs 30% dalam empat minggu sebelumnya,” kata Alkesh Shah dan tim dalam catatannya.

Marcus Sotiriou dari GlobalBlock menambahkan, "Ketika pasar mulai bereaksi positif terhadap berita negatif, ini adalah sinyal bahwa harga terendah lokal bisa masuk untuk saat ini, karena ketakutan mungkin telah menyebabkan berita tersebut diperhitungkan."

Sotiriou merujuk pada kebijakan hawkish The Fed dan berita mengenai inflasi yang melonjak.

Hindari menangkap pisau yang jatuh

Pakar kripto mengatakan bahwa investor harus menghindari menangkap pisau jatuh dan memahami dasar-dasar token sebelum berinvestasi.

Mengutip Times of India, Sathvik Vishwanath, Co-Founder & CEO, Unocoin, mengatakan investor harus belajar untuk menghindari pisau jatuh di pasar bearish. 

“Sangat penting untuk memahami dan mempelajari pasar secara global,” tambahnya.

Menilai token bisa sangat rumit tetapi memahami teknologi yang mendasarinya, utilitasnya, dan tim mungkin bisa membantu, tambahnya. 

Dia juga bilang, meskipun peta jalan jangka pendek untuk kripto terlihat suram karena lebih banyak proyek mungkin gagal dan mengajukan kebangkrutan, prospek jangka panjangnya cerah dan konstruktif.

Khaleelulla Baig, Co-founder dan CEO, Koinbasket mengatakan, Beberapa proyek kripto lagi mungkin bangkrut, terutama dari segmen DeFi yang terstruktur di sekitar hasil berbunga tinggi.

"Penurunan yang biasa terjadi di pasar bearish hampir 70 persen dari titik tertinggi," kata Sathvik. "Untuk investor jangka panjang, ini sepertinya kesempatan emas untuk meratakan biaya mereka dan keluar dari investasi yang salah."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie