Harga Bitcoin Bertahan di Level US$35.000, Bagaimana Prospeknya ke Depan?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) masih bertengger di kisaran US$ 35.000 pada perdagangan hari ini, Kamis (9/11). Tren kenaikan relatif melambat namun potensi harga bergerak ke atas masih sangat mungkin.

Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, salah satu faktor yang bisa mendukung harga Bitcoin adalah akumulasi BTC yang konsisten oleh investor jangka panjang. Menurut data Glassnode, jumlah Bitcoin yang dimiliki oleh investor jangka panjang terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

"Pasokan Bitcoin sangat terbatas, dan sebagian besar BTC dimiliki oleh orang-orang yang berencana untuk menyimpannya untuk jangka waktu yang lama. Akibatnya, ada peningkatan yang luar biasa dalam jumlah Bitcoin yang diakumulasi oleh orang-orang ini seiring berjalannya waktu. Hal ini menyebabkan harga Bitcoin masih kuat," ujar Fyqieh dalam siaran pers, Kamis (9/11).


Faktor lainnya yang mungkin mendukung harga Bitcoin adalah nada dovish yang disampaikan oleh beberapa pejabat The Fed. Dovish dalam konteks ini mengacu pada sikap Fed yang cenderung lebih memilih kebijakan moneter yang akomodatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Volume Transaksi Perdagangan Aset Kripto Turun, Besaran Pajak Jadi Persoalan

Kebijakan ini biasanya berdampak positif terhadap aset berisiko seperti saham dan kripto karena menurunkan daya tarik investasi pada aset yang dianggap lebih aman seperti obligasi.

Kendati demikian, Fyqieh melihat, Bitcoin tampaknya memilih untuk bergerak sideways atau mendatar, menunjukkan ketidakpastian pasar. Para investor sepertinya memilih untuk bersikap hati-hati menjelang perilisan data inflasi Amerika Serikat dan kabar potensi penutupan (shutdown) pemerintah AS.

“Ketidakpastian pasar yang tinggi membuat investor ragu untuk mengambil posisi yang agresif. Mereka lebih memilih untuk menunggu untuk melihat data dan perkembangan sebelum mengambil keputusan investasi," jelas Fyqieh.

Sementara itu, laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) bulan Oktober 2023 akan dirilis pada tanggal 14 November 2023. Inflasi umum diperkirakan akan terkendali dari bulan ke bulan. Namun, tren yang mendasarinya mungkin masih mengkhawatirkan Federal Reserve menjelang keputusan suku bunga berikutnya yang dijadwalkan pada tanggal 13 Desember.

Terkait dengan isu makroekonomi yang lebih besar, pada tanggal 17 November 2023, pemerintah AS dihadapkan pada batas waktu untuk menemukan sumber utang baru guna menghindari shut down pemerintah. Sejarah telah menunjukkan bahwa kemungkinan akan terjadi penambahan utang baru, yang dapat menjadi faktor positif bagi pasar mata uang kripto termasuk Bitcoin.

"Jika pemerintah AS memutuskan untuk meningkatkan utang, Bitcoin mungkin akan mengalami kenaikan harga. Kedua tanggal ini, tanggal 14 dengan rilis CPI dan tanggal 17 dengan deadline utang pemerintah AS akan menjadi momen krusial yang bisa mendefinisikan arah pergerakan Bitcoin dalam waktu dekat," terang Fyqieh.

Baca Juga: Ikuti Tren Positif Bitcoin, Harga Mayoritas Altcoin Naik di Sepekan Terakhir

Fyqieh memprediksi bahwa pergerakan Bitcoin di atas US$ 36.000 kemungkinan besar akan segera terjadi, karena didorong oleh akumulasi BTC yang konsisten ditambah dengan lingkungan makroekonomi yang lebih akomodatif terhadap aset-aset berisiko dengan pesan The Fed yang dovish dan optimisme atas persetujuan beberapa produk ETF Bitcoin spot dalam waktu dekat.

"Bitcoin telah menunjukkan tren kenaikan yang kuat dalam beberapa pekan terakhir. Penembusan di atas US$ 36.000 dapat memperkuat tren ini dan membuka jalan bagi BTC untuk mencapai level US$ 40.000 dan US$ 45.000 pada akhir tahun 2023," pungkas Fyqieh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi