KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) kembali melonjak, melewati angka US$ 44.000 atau sekitar Rp 683 juta. Kenaikan ini merupakan level harga tertinggi dalam lebih dari setahun sejak April 2022. Trader dari Tokocrypto Fyqieh Fachrur menilai apresiasi ini didukung oleh beberapa faktor kunci, misalnya, narasi mengenai ETF Bitcoin spot terus menjadi sorotan. “ETF Bitcoin akan menciptakan akses yang lebih besar terhadap bitcoin bagi lebih banyak investor ritel dan institusi, memberikan peluang untuk terpapar pada aset digital,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (7/12). Lalu tekanan dari kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) mulai mereda, memungkinkan para pemain besar untuk mendorong harga lebih tinggi. Selain itu, hal ini menciptakan 'Fear of Missing Out' (FOMO) di kalangan investor ritel, yang memperkuat tren akumulasi positif.
Baca Juga: Bitcoin Tembus Level Harga US$ 42.000, Tertinggi Sejak Mei 2022 Sambungnya, sebagian besar investor optimis bahwa BTC akan mencapai harga yang lebih tinggi menjelang akhir tahun dan akan mengakhiri tahun dengan tren positif. Banyak yang memprediksi bahwa Bitcoin akan mencapai kembali all-time high (ATH) yang terjadi pada tahun 2021 dalam waktu dekat. "Mungkin Bitcoin tidak akan mencapai rekor tertinggi (ATH) dalam 'satu kali jalan', terutama mengingat faktor seperti halving yang akan datang. Dan jika belum ada proposal ETF yang disetujui, maka Bitcoin mungkin mengalami koreksi," ujarnya. Dalam hal ini, Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika (SEC) diperkirakan akan mengambil keputusan mengenai proposal ETF Bitcoin spot yang diajukan oleh beberapa institusi keuangan tradisional seperti BlackRock, Ark Invest, dan 21Shares pada awal tahun 2024. Meskipun SEC awalnya menolak proposal tersebut dengan alasan kekhawatiran akan keamanan investor dan potensi manipulasi pasar kripto, kini tampaknya semakin mungkin bahwa ETF Bitcoin spot pertama akan diperdagangkan di bursa utama Amerika Serikat pada tahun 2024.