KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mencetak rekor di tahun lalu, harga bitcoin berpeluang melanjutkan kenaikan di 2021. Bahkan, harga bitcoin bisa melesat hingga US$ 100.000 per btc di penghujung tahun ini. Mengutip laman Coin Market Cap, harga bitcoin tercatat naik 275,17% pada tahun 2020 menjadi US$ 27.725 per btc. Padahal, di 30 Desember 2019 harga bitcoin masih bertengger di level US$ 7.390 per btc. Co-founder Cryptowatch dan pengelola channel Duit Pintar Christopher Tahir sepakat 2020 jadi tahunnya bitcoin karena berhasil memberikan
return terbesar. Apalagi, jika dilihat dari harga terendahnya, harga bitcoin sudah naik hingga tujuh kali lipat.
"Faktor pendorong utamanya masih sama, yaitu likuiditas dengan adanya pengumuman stimulus US$ 2.000 ke masyarakat di Amerika Serikat (AS) dan Donald Trump juga memberikan restunya, sehingga sentimen tersebut juga mengakselerasi kenaikan dari bitcoin," ungkap Christopher kepada Kontan, Minggu (3/1).
Baca Juga: Beli bitcoin kini sudah bisa menggunakan Shopeepay Di tambah lagi, saat ini bitcoin juga diakumulasi oleh institusi besar seperti Grayscale, Paypal, Square (milik Twitter), dll. Ditambah adanya
upgrade outlook bitcoin dari JP Morgan, turut mendorong semakin banyak institusi yang masuk atau menjadikan bitcoin sebagai alat transaksinya. "Apakah ini (bitcoin) adalah
safe haven? Saya belum memandang itu sepenuhnya, mengingat pandemi sampai saat ini belum berkesudahan. Namun peluang tetap ada ke depannya, dimana orang-orang akan shift dari emas ke bitcoin karena melihat kemudahannya," kata Christopher. Selain mudah dibawa, Christopher mengungkapkan, bitcoin mudah disimpan dan cukup aman. Ditambah lagi, biaya penyimpanannya terbilang masih sangat murah. Dia melihat, tahun ini 2021 masih akan menjadi tahunnya mata uang kripto. Bahkan, Christopher memandang cukup masuk akal jika tahun ini harga bitcoin bisa mencapai US$ 100.000 per btc hingga US$ 250.0000 per btc. "Mungkin terlalu dini untuk memberikan satu angka fix pula, dikarenakan ini baru minggu pertama 2021, namun saya cukup optimistis, angka tersebut akan dicapai dengan semakin banyaknya pihak institusi yang masuk," ujarnya. Christopher menambahkan, analisis
stock to flow (persediaan dengan jumlah bitcoin yang dirilis), cenderung flat menurun. Di sisi lain, persediaan semakin lama semakin menipis dan berpotensi menciptakan kelangkaan.
"Jadi menurut saya masih masuk akal bitcoin masuk ke level US$ 100.000 per btc hingga US$ 250.000 per btc, menimbang jumlah bitcoin yang dirilis dan persediaan bitcoin di dunia ini," jelasnya. Christopher megungkapkan, saat ini jumlah bitcoin yang beredar mencapai 18,5 juta bitcoin. Sedangkan maksimal suplai bitcoin hanya 21 juta. Artinya, bitcoin yang baru dirilis 12 tahun lalu dan blockchainnya diterbitkan pada 9 Jan 2009, serta transaksi pertama dilakukan oleh Satoshi di 12 Jan 2009 sudah beredar cukup banyak hanya dalam waktu yang singkat. Ditambah lagi,
halving day masih akan terus berlaku ke depannya dan membuat kelangkaan dari bitcoin akan meningkat seiring dengan semakin menipisnya persediaan bitcoin ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat