MOMSMONEY.ID - Harga Bitcoin mulai memanas. Kripto terpopuler ini naik mendekati rekor harga tertinggi atau
all time high yang ditorehkan pada Maret lalu. Mengutip coinmarketcap.com, Selasa (21/5) pukul 15.27 WIB, harga Bitcoin diperdagangkan di level US$ 70,964. Harganya naik 6% dalam 24 jam terakhir, dan menanjak hampir 15% dalam tujuh hari. Raja aset kripto ini pun beranjak mendekati rekor tertinggi sebelumnya yang mencapai US$ 73.000.
Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan kenaikan harga Bitcoin didorong beberapa faktor, yaitu adopsi investor institusi, perkembangan inflasi AS, serta optimisme terhadap akan disetujuinya ETF Ethereum spot. Bitcoin juga memang sudah berada pada trek
bullish, meski secara historis relinya memang biasanya baru dimulai antara satu bulan sampai enam bulan setelah
halving. Menurut Fahmi, institusi ternama mulai dari Morgan Stanley, Millenium Management, hingga lembaga pengelola dana pensiun salah satu negara bagian di Amerika, Wisconsin, mulai beli Bitcoin melalui instrumen ETF Bitcoin spot. Kabar terkait adopsi institusi yang telah berlangsung selama satu bulan hingga bulan terakhir tersebut mulai diketahui publik dalam satu dua minggu terakhir melalui dokumen laporan yang disampaikan kepada SEC. "Meningkatnya adopsi institusi tersebut tidak hanya meningkatkan kredibilitas Bitcoin, namun juga optimisme pasar terhadap outlook harganya, terlebih apabila adopsi institusi kemudian berkembang pada skala yang lebih besar,” kata Fahmi melalui siaran pers, Selasa.
Baca Juga: Dolar AS Bakal Tergeser Jika BRICS Produksi Kripto, Robert Kiyosaki: Beli Bitcoin! Dari sisi makroekonomi, data Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat, yang dirilis minggu lalu, mengindikasikan meredanya tekanan inflasi. Menurut Fahmi, ini turut memberikan ketenangan bagi para pelaku pasar bahwa upaya penurunan inflasi sudah berada pada jalur yang tepat. Data tersebut turut meningkatkan optimisme terhadap kemungkinan inflasi dapat turun tanpa memberikan tekanan yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi. Di samping itu, faktor paling dinamis yang turut mempengaruhi pergerakan pasar kali ini adalah terjadinya peralihan
outlook terkait kemungkinan disetujuinya ETF Ethereum Spot. Sebelumnya, sentimen negatif sempat berkembang dalam satu bulan terakhir, imbas langkah SEC mengirimkan Wells Notice kepada Consensys terkait layanan staking ETH dan pengajuan penundaan tenggat waktu persetujuan ETF Ethereum Spot oleh beberapa perusahaan. "Namun, hari ini
shifting outlook terjadi, yang membuat harga ETH terapresiasi bahkan lebih tinggi dari Bitcoin,” beber Fahmi. Ke depan, Fahmi memperkirakan, pasar kripto berpotensi reli apabila sejumlah kondisi terjadi. Salah satunya, jika ETF ETH Spot disetujui dan data-data lain seperti PMI Amerika Serikat dan pendapatan Nvidia menunjukkan angka positif.
Baca Juga: Berkat Investasi Kripto, Ibu Rumah Tangga Ini Berhasil Kumpulkan Passive Income Nah, dalam kondisi ini, saran Fahmi, investor kripto dapat mengoptimalkan momentum dengan fokus pada aset-aset potensial yang memiliki hubungan dengan katalis-katalis yang sedang berkembang. Bagi investor yang lebih konservatif, termasuk juga bagi investor pemula, strategi
dollar cost averaging atau beli secara rutin bertahap, juga masih cukup ideal untuk dijalankan. Dia beralasan,
timing the market bisa jadi akan lebih menantang pada situasi yang bergantung pada perkembangan beberapa faktor yang tidak bisa sepenuhnya diprediksi, seperti keputusan SEC terkait ETF Ethereum spot. Dengan strategi berinvestasi rutin setiap periode tertentu, menurut Fahmi, dapat memberikan investor harga rata-rata yang menarik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini