Harga Bitcoin Naik 1,36% dalam Sehari, Menguji Support Baru!



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merujuk Coinmarketcap, harga Bitcoin pada hari ini, Kamis (25/8) pukul 10.37 WIB berada di US$ 21.527 per BTC atau menguat 1,36% dalam 24 jam terakhir.

Sementara Ethereum juga menorehkan tren serupa. Tercatat, Ethereum saat ini berada di US$ 1.676 per ETH atau naik 3,81%. 

Jay Jayawijayaningtiyas Country Manager Luno Indonesia mengatakan pasar terpantau sangat optimis di awal Agustus karena banyak investor yang tengah mengantisipasi Ethereum Merge.


"Bitcoin (BTC) masih belum mampu terus menguat secara konsisten karena gagal menembus level resistance US$25,000 atau sekitar Rp371 juta," kata dia.

Bahkan, Bitcoin turun ke level support US$22,500 (setara Rp334 juta).

"BTC kini harus kembali menguji level support di kisaran US$20,700 (sekitar Rp307 juta) untuk ketiga kalinya," ujar Jay dalam keterangan Resmi yang diterima kontan.co.id, Kamis (25/8). 

Tidak jauh berbeda dengan Bitcoin, Ethereum (ETH) juga melemah dibandingkan indeks yang berakibat pada turunnya pangsa pasar ETH sebesar 1% dalam sepekan terakhir.

Ada dugaan para investor mulai beralih ke stablecoin seperti USDC yang dianggap lebih stabil.

Baca Juga: Perbedaan Investasi Bitcoin dan XRP, Mana yang Cocok untuk Anda?

Penguatan Indeks Dollar AS

Menurut Jay, indeks dolar AS mampu menguat dan bahkan menembus level tahunan tertinggi dalam 20 tahun pada minggu ini.

Dampak penguatan dolar ini telah mengguncang berbagai jenis aset. 

Peristiwa makro penting minggu ini adalah Simposium Jackson Hole yang dihadiri oleh para petinggi dari The Fed, BoE, dan ECB.

Pidato Jerome Powell pada hari Jumat lalu bisa menjadi panduan arahan kebijakan The Fed ke depan yang berpotensi dapat memicu volatilitas di pasar

Menurut riset dari Luno dan Arcane Research, menjelang akhir bulan Agustus, seluruh indeks mencatatkan kinerja di area yang serupa, turun antara 7% hingga 8%.

Bulan ini diawali dengan optimisme yang cukup tinggi mengantisipasi merging Ethereum. Indeks Kapitalisasi Kecil pun mencatatkan kinerja terbaik dan naik hingga 12% pada pertengahan bulan.

Pekan lalu, pasar kembali mengurangi risikonya (risk-off), dan menghapus semua keuntungan bulan ini dalam beberapa hari saja.

Selama masa risk-off ini, performa koin-koin kecil berkurang dan bitcoin yang berhasil menjaga nilainya.

Dinamika ini memang kerap terjadi di tengah sentimen pasar yang memburuk.

Jay mengatakan kinerja bitcoin yang relatif buruk ini menyebabkan turunnya pangsa pasar bitcoin dari 47% yang tercapai di bulan Juni menuju 40,5%.

Seiring meningkatnya sentimen pasar, para trader kini lebih tertarik ke altcoin daripada bitcoin.

"ETH meningkatkan pangsa pasarnya sebesar 0.89% dalam seminggu terakhir, sedangkan pangsa pasar BTC turun 0.96%," tuturnya. 

Baca Juga: Pasar Kripto Tak Bergairah, Menunggu Kabar dari Jackson Hole

Minggu yang buruk bagi Bitcoin

Jay mengatakan BTC mengalami minggu yang buruk di pasar setelah gagal mempertahankan momentumnya dan terkoreksi pada hari Jumat lalu ke kisaran US$21,000 atau sekitar Rp312 juta.

Dengan demikian, BTC turun 11% dalam sepekan terakhir. 

"Aksi jual pada hari Jumat bertepatan dengan pengumuman indeks harga produsen (Producer Price Index / PPI) Jerman yang menyebabkan para investor mulai mengurangi risiko mereka untuk mengantisipasi pengetatan ekonomi," ucapnya. 

ETH juga mengalami penurunan yang tajam. Penurunan drastis ini makin terlihat karena ETH telah mengalami sentimen bullish selama beberapa pekan terakhir menjelang merging.

Sementara, Aktivitas tinggi di pasar spot bitcoin masih terus berlanjut, bahkan volume spot ini menjadi salah satu level tertinggi dalam setahun terakhir. 

Volume yang tinggi ini disebabkan oleh penghapusan biaya di Binance, yang kemudian menarik trading besar-besaran pada exchange tersebut.

Volume spot di exchange lain masih cenderung rendah, dan tidak banyak aktivitas yang terjadi pada pasar derivatif bitcoin. Selain itu, aktivitas on-chain bitcoin masih relatif sepi, dengan hanya beberapa transaksi besar yang terjadi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana