Harga Bitcoin Pulih Jelang Rilis Data CPI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin (BTC) diperdagangkan di level US$ 69.382 pada Rabu (10/4). Posisi ini membaik dari penurunan yang sebelumnya terjadi ke level US$ 65.000 di pekan lalu. Sebuah indikasi bahwa reli masih potensi berlanjut di tengah pasar yang menantikan terjadinya Bitcoin halving keempat pada bulan ini.

Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha mengatakan, secara teknikal dalam jangka pendek, jika BTC dapat mencapai di atas US$ 70.300, maka Bitcoin dapat melanjutkan kenaikan menuju resistance US$ 73.000 bahkan menciptakan ATH baru lagi.

Pemulihan Bitcoin diikuti pergerakan altcoin yang juga menguat. Sepekan terakhir, Ethena (ENA) melesat 94,23% hingga mencapai harga US$1,33, Neo (NEO) menguat 39,40% menjadi US$ 21,14, dan Pendle (PENDLE) naik sebesar 37,75% bertengger di US$ 6,93.


Sementara, Stablecoin menjadi fokus minggu lalu dengan aksi VanEck dan Ripple Labs dalam persiapan meluncurkan stablecoin berbasis dolar AS, untuk menyaingi dominasi dari Tether (USDT) dan Circle (USDC).

Baca Juga: Turun 2%, Harga Bitcoin Masih Bertahan di Atas Level US$ 70.000

Permintaan ETF Bitcoin telah meroket menjelang halving. Lonjakan arus masuk tepat sebelum halving menunjukkan bahwa pemegang Bitcoin kemungkinan besar menimbunnya sebelum halving.

Perdagangan ETF Bitcoin spot minggu lalu ditutup dengan catatan optimis, mengamankan arus masuk positif sebesar US$ 203 juta pada hari Jumat (5/4).

Meskipun ada kemunduran awal sebesar US$ 84,7 juta dalam arus keluar bersih pada tanggal 1 April, ETF telah bangkit kembali, mengumpulkan arus masuk bersih sebesar US$ 569,4 juta sepanjang perdagangan pekan lalu.

Menurut Panji, halving Bitcoin yang akan datang adalah momen penting, tidak hanya untuk pasar aset kripto, tetapi juga untuk seluruh lanskap teknologi web3 dengan perusahaan berupaya memanfaatkan potensi pertumbuhan teknologi ini. "Hal ini akan menarik gelombang pengguna baru ke dunia kripto untuk terjun ke ekosistem kripto," paparnya dalam riset, Selasa (9/4).

Selain ETF Bitcoin spot, faktor makroekonomi memainkan peran penting dalam kenaikan harga Bitcoin baru-baru ini. Pekan ini, terdapat rilis data inflasi AS, seperti Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang potensi memiliki implikasi jangka pendek pada harga Bitcoin.

Konsensus memperkirakan inflasi AS di bulan Maret naik menjadi 3,4 YoY dari 3,2% YoY di Februari 2024. Adapun The Fed sendiri menargetkan inflasi berada di kisaran 2%.

Terlepas dari itu, Alat FedWatch CME Group menunjukkan bahwa ada kemungkinan 95,4% suku bunga akan tetap tidak berubah pada kisaran 5,25% hingga 5,50% pada pertemuan The Fed bulan Mei.

Baca Juga: Harga Bitcoin Naik 2% pada Minggu (7/4), Melesat 63% Sejak Awal Tahun

Meski komunitas kripto menantikan Bitcoin halving, rilis data inflasi pekan ini akan memberi petunjuk terhadap potensi arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) ke depan.

"InvestorĀ  memperkirakan bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada FOMC bulan Juni nanti, yang tentunya akan berdampak positif ke keseluruhan pasar, termasuk pasar aset kripto," tutup Panji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari