KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) terjun ke level US$ 65.000 pada perdagangan Rabu (3/4) dan turun 4% dalam sepekan. Namun, pada hari ini Kamis (4/4) pukul 21.00 WIB, Bitcoin naik tipis 0,59% ke level US$ 67.427. Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan, harga Bitcoin langsung merosot ketika kuartal II 2024 dimulai, menyeret seluruh pasar kripto masuk ke dalam zona merah. Likuidasi besar-besaran terjadi di pasar kripto, membuat banyak investor khawatir.
Baca Juga: THR Turun, CEO Indodax Ingatkan Gunakan Uang Dingin Untuk Investasi Kripto Menurutnya, salah satu faktor utama penurunan harga BTC adalah ETF Bitcoin yang mencatat total arus keluar tinggi dalam beberapa hari terakhir sejak awal April 2024. Tak hanya itu, GBTC Grayscale juga berkontribusi terhadap penurunan Bitcoin karena Grayscale terus mengalami arus keluar dana yang signifikan. Dia menyebutkan, pada tanggal 1 April, GBTC mengalami arus keluar sebesar US$ 302,6 juta, terutama berkontribusi terhadap arus keluar bersih gabungan sebesar US$ 85,7 juta yang dicatat oleh ETF Bitcoin ini.
Baca Juga: Sambut Lebaran, Upbit Ungkap Jurus Maksimalkan Investasi Kripto untuk Investor “Hal ini telah membawa lebih banyak tekanan jual pada Bitcoin, yang saat ini membebani tekanan beli di ekosistem. Sementara, data menunjukkan produk investasi ini mencapai total arus masuk US$ 862 juta pada minggu lalu,” kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Kamis (4/4). Fyqieh mencermati, penurunan yang terjadi ini juga mencerminkan berkurangnya antusiasme investor di pasar kripto. Hal tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya tantangan untuk mencapai kebijakan moneter yang lebih longgar di Amerika Serikat (AS). “Perhatian tertuju pada pertemuan The Fed yang dijadwalkan pada tanggal 1 Mei, dengan antisipasi luas bahwa otoritas bank sentral AS mungkin akan menurunkan suku bunga,” kata dia.
Baca Juga: Intip Prospek Harga Bitcoin Usai Melesat 68% pada Kuartal I Selain itu, menurut dia, tekanan terhadap Bitcoin tampaknya belum cukup, para investor sedang menunggu dengan antisipasi untuk melihat bagaimana
halving BTC yang keempat ini akan mempengaruhi harga dan stabilitas pasar. “Tren penurunan ini bukan hal yang tidak terduga, karena BTC yang mengikuti tren historis menjelang
halving mendatang,” imbuhnya. Fyqieh mengatakan sentimen lainnya yang membuat harga BTC turun yaitu, karena Bitcoin perlahan-lahan beralih dari fase
Pre-Halving Rally ke fase Pre-Halving Retrace, yang cenderung terjadi 28 hingga 14 hari sebelum peristiwa halving. Fase ini mengakibatkan penurunan harga masing-masing sebesar 38% dan 20% pada tahun 2016 dan 2020. Baca Juga: Imbal Hasil Kripto dan Emas Melambung Sepanjang Maret 2024 Meski begitu, Fyqieh menuturkan tahun
halving selalu menjadi tahun bullish dalam sejarah Bitcoin, yang menyebabkan kenaikan di tahun berikutnya. Terlebih, rencana penurunan suku bunga di pasar AS juga akan meningkatkan momentum kenaikan harga BTC. Oleh karena itu, Fyqieh bilang, tahun 2024 sangat dinantikan sebagai tahun
bullish bagi Bitcoin. Dengan potensi harga di kuartal II adalah US$ 80.000 dan angka tertinggi sekitar US$ 120.000. Sedangkan di akhir tahun 2024 berpotensi harganya menjadi rendah di level US$ 60.000. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto