Harga Bitcoin Sentuh Level Tertinggi dalam 18 Bulan, Ini Pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulan Oktober 2023 menjadi bulan yang sangat menguntungkan bagi sebagian besar aset kripto, terutama bitcoin (BTC). Harga bitcoin melonjak tajam melewati angka US$ 35.000 atau sekitar Rp 557 juta untuk pertama kalinya sejak Mei 2022.

Pencapaian ini menandai titik tertinggi BTC dalam hampir 18 bulan dan lebih dari dua kali lipat harga awal tahun 2023. Pada perdagangan Jumat (27/10) per pukul 15.10 WIB, bitcoin diperdagangkan pada harga US$ 34.021 atau naik sebesar 15,79% dalam seminggu dan 29,72% dalam sebulan. 

Meskipun dunia ekonomi global penuh ketidakpastian dan banyak uang keluar dari pasar kripto, bitcoin tetap mempertahankan posisinya sebagai aset digital terkemuka di tahun 2023. Menurut data Santiment, para pelaku pasar saat ini menunjukkan tanda-tanda euforia, terutama karena optimisme terkait persetujuan ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat. 


Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur menjelaskan, saat ini bitcoin mendapatkan dorongan tambahan dalam menciptakan peluang investasi baru melalui ETF. Produk baru ini dapat menjadi cara yang lebih mudah bagi individu untuk berinvestasi dalam bitcoin dengan harga spot, yang pada gilirannya dapat memungkinkan lebih banyak orang memasuki dunia kripto.

Baca Juga: Harga Bitcoin Menguat Berkat Euforia ETF, Begini Saran Bagi Investor

Selain itu, ETF Bitcoin dapat mengurangi beberapa risiko yang terkait dengan investasi dalam aset digital selama ini. 

"Ini juga dapat menjadi jembatan yang menghubungkan investor tradisional dengan pasar kripto yang terus berkembang, membuatnya lebih mudah bagi mereka untuk berpartisipasi dalam potensi keuntungan yang ditawarkan oleh aset digital seperti bitcoin," kata Fyqieh dalam keterangan tertulisnya, Kamis (26/10).

Menurut Fyqieh, ada dua faktor yang akan berkontribusi pada kenaikan bitcoin ke depanya, yakni persetujuan ETF BTC spot dan peristiwa halving yang dijadwalkan terjadi pada April 2024. Optimisme terus berkembang terkait dengan persetujuan ETF, terutama dengan kemungkinan partisipasi BlackRock, salah satu pemain besar di dunia keuangan.

Kehadiran potensial BlackRock di pasar ini telah meningkatkan optimisme di antara banyak investor dan pengamat terkait masa depan bitcoin. Dalam jangka pendek, The Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunga pada tingkat saat ini dalam pertemuan bulan November 2023.

"Jika suku bunga tidak berubah, kemungkinan besar tren kenaikan harga Bitcoin akan berlanjut. Namun, jika The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga, investor harus bersiap menghadapi potensi koreksi di pasar," ucap Fyqieh.

Berdasarkan data dari CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan dengan tingkat keyakinan sebesar 97% bahwa tidak akan ada peningkatan suku bunga pada pertemuan FOMC tanggal 1 November 2023,. Sementara itu, pada bulan Desember, pelaku pasar melihat kemungkinan sebesar 29% untuk kenaikan sebesar 25 basis poin.

Dari segi analisis teknikal, saat ini para pelaku pasar tengah menanti dengan penuh harap dan kecemasan karena harga bitcoin melakukan pergerakan kedua melawan resistance di level US$ 35.000 minggu ini. Untuk melampaui rintangan ini, dibutuhkan dorongan lebih lanjut dari pesanan beli yang mungkin dipicu oleh fear of missing out (FOMO).

Baca Juga: Ada Euforia ETF Bitcoin, Bagaimana Prospek Harga Bitcoin ke Depan?

"Kemungkinannya besar, kecuali ada sentimen negatif baru, baik dari industri maupun data makroekonomi, kami memperkirakan bahwa bitcoin dapat mencapai level US$ 40.000 (sekitar Rp 637 juta) untuk pertama kalinya di kuartal IV tahun 2023," ungkap Fyqieh.

Namun, jika terjadi koreksi, para investor sudah bersiap untuk membeli bitcoin saat menguji ulang level support di US$ 31.500. Penurunan seperti itu dapat memberikan peluang bagi mereka yang telah merasa tertinggal dari reli yang tengah berlangsung. 

Fyqieh melihat, penurunan di bawah level US$ 30.000 (sekitar Rp 477 juta) tampaknya semakin sulit terwujud, terutama dengan perbincangan seputar lonjakan ETF spot BTC dan dorongan FOMO yang terus mendorong pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi