MOMSMONEY.ID - Lagi, Bitcoin mengukir rekor harga tertinggi sepanjang masa alias
all time high (ATH). Mengutip coinmarketcap.com, harga Bitcoin mencapai puncak US$ 94.002,87 pada Rabu (20/11) dini hari atau sekitar 15 jam yang lalu, sebelum melandai di US$ 93.505 pukul 17.31 WIB.
Saat ini, Bitcoin konsolidasi di area US$ 92.000 hingga US$ 93.000. Tahun ini, kripto pemegang kapitalisasi pasar atawa
market cap terbesar yakni sekitar 59% di pasar kripto ini, harganya sudah melompat sekitar 120%.
Menurut Fahmi Almuttaqin, analyst Reku, tak cuma mencetak ATH anyar, kapitalisasi pasar Bitcoin naik signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan, BTC menggeser
market cap perak, Meta (Facebook), hingga saham Saudi Aramco, yang merupakan perusahaan terbesar di Asia.
Kenaikan
market cap, selain meningkatkan kredibilitas dan legitimasi, juga membuktikan posisi Bitcoin sebagai instrumen investasi strategis di tengah tren pertumbuhan ekonomi saat ini, yang menjadikan inovasi teknologi sebagai faktor pendorong utama peningkatan nilai.
Jan van Eck, CEO VanEck, perusahaan keuangan AS penerbit ETF Bitcoin dan Ethereum spot, memproyeksikan kapitalisasi pasar Bitcoin pada akhirnya akan mencapai setengah dari total kapitalisasi pasar emas.
Kata Fahmi, jika melihat data kapitalisasi Bitcoin saat ini yang mencapai US$ 1,8 triliun dan emas sebesar US$ 17,6 triliun, maka proyeksi VanEck tersebut menargetkan angka
market cap BTC setidaknya US$ 8,8 triliun atau hampir lima kali lipat dari kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini.
Baca Juga: Harga Tembus US$ 90.000, Robert Kiyosaki Terus Beli Bitcoin hingga Level Ini Pandangan optimis terhadap harga Bitcoin juga datang dari CEO MicroStrategy, Michael Saylor. Dia memproyeksikan harga Bitcoin akan menyentuh US$ 100 ribu sebelum akhir tahun ini. Sentimen positif terkait prospek regulasi kripto di AS turut menjadi katalis berkembangnya optimisme tersebut.
Komitmen pemimpin The Fed Jerome Powell untuk terus mengawal tren kebijakan suku bunga yang cukup berhasil menekan inflasi, membuat investor kripto cukup optimis akan adanya penurunan suku bunga pada pertemuan FOMC Desember nanti. Meski tak dipungkiri mulai muncul ketidakpastian belakangan ini. Institusi seperti Nomura, misalnya, memprediksi The Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan Desember.
Masih kuat menanjak?
Terlepas dari itu, kata Fahmi, optimisme yang berkembang dalam beberapa hari terakhir ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang besar bagi Bitcoin. Kripto pionir ini bisa dibilang sedang berada dalam fase
price discovery pasca-terbentuk level harga tertinggi baru.
“Bitcoin kemungkinan masih akan mencetak beberapa level harga tertinggi baru lagi, mengingat area konsolidasi yang berada pada level lebih tinggi dari sebelumnya," taksir Fahmi, mengutip siaran pers, Rabu (20/11).
Meski begitu, kekuatan reli Bitcoin akan bergantung pada level harga yang akan membuat investor jangka panjang alias
long term holder mulai memutuskan untuk menjual, dan
short term holder mulai berpikir dua kali untuk mengakuisisi Bitcoin. "Saat ini keduanya belum terlihat mengalami perubahan signifikan, meskipun sebagian
long term holder sudah terlihat mulai
profit taking,” beber Fahmi.
Baca Juga: Bitcoin Tembus Level US$ 81.000 untuk Pertama Kalinya, Rekor Tertinggi Anyar Mengacu data UTXO Age platform analitik data IntoTheBlock, komposisi
long term holders versus
short term holders Bitcoin belum banyak berubah. Kelompok
short term holders yang menyimpan Bitcoin selama 3 bulan-6 bulan, banyak yang masih mempertahankan kepemilikan Bitcoin pada bulan ini, terlepas dari kenaikan harga yang terjadi. Mereka bertahan meskipun beberapa
long term holder dalam kelompok 12 bulan-18 bulan telah mulai melakukan
profit taking.
Secara keseluruhan, data usia UTXO IntoTheBlock mengindikasikan situasi saat ini belum mendekati periode
peak bagi harga Bitcoin. Komposisi
short term holder, yaitu mereka yang menyimpan Bitcoin selama kurang dari 12 bulan, masih di angka 36,12%.
“Angka tersebut masih cukup jauh dibandingkan dengan situasi puncak siklus
bullish sebelumnya pada 8 November 2021, di mana komposisi
holder di bawah 12 bulan berada di angka 45,53%,” jelas Fahmi.
Di sisi lain, indikator Euforia Bitcoin CryptoQuant mengindikasikan dua potensi kemungkinan yang saling bertolak belakang. Indikator yang mengukur euforia pasar melalui komposisi pemilik Bitcoin yang berada pada situasi profit itu, memvalidasi sedang terjadinya situasi
price discovery. CEO CryptoQuant melalui cuitannya di media sosial X menilai indikator tersebut dapat diartikan sebagai
peak dari reli yang sedang terjadi, atau justru bottom dari reli parabolik yang mungkin akan terjadi.
Nah, di tengah potensi positif dan koreksi tersebut, menurut Fahmi, investor perlu memantau kondisi pasar secara lebih seksama. Penting untuk riset dan analisis yang baik guna memilih aset dengan potensi pertumbuhan dan tingkat risiko yang sesuai dengan profil masing-masing.
"Bagi investor yang cenderung mengutamakan fundamental suatu aset, dapat berinvestasi di aset kripto yang memiliki kapitalisasi pasar dan likuiditas besar," saran dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini