KONTAN.CO.ID. - JAKARTA. Dalam sepekan terakhir, harga aset kripto, salah satunya Bitcoin mengalami penurunan. Namun demikian, analis memproyeksi Bitcoin akan kembali menguat setelah The Fed menurunkan suku bunga. Berdasarkan data CoinmarketCap pada Kamis (8/8) pukul 20.06 WIB, harga Bitcoin turun 10,57% ke level US$ 57.894 dalam sepekan terakhir. Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengungkapkan faktor utama yang mempengaruhi penurunan ini karena adanya kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi di Amerika Serikat.
"Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi di Amerika Serikat, dipicu oleh data ekonomi yang lemah seperti laporan pekerjaan yang menunjukkan lonjakan tingkat pengangguran dari 4,1% menjadi 4,3% pada Juni," kata Fyqieh kepada KONTAN, Kamis (8/8). Selain itu, penurunan di pasar saham global, terutama di Jepang dan Korea Selatan turut memperburuk situasi. Adapun Indeks Nikkei sempat anjlok 12%, sementara indeks KOSPI Korea Selatan mencatat sesi terburuk sejak Maret 2020.
Baca Juga: Penurunan Harga Kripto Mulai Menciut Di samping itu ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan ketidakpastian politik di AS menjelang pemilihan presiden mendatang, dengan Kamala Harris yang kurang mendukung kripto dibandingkan Donald Trump juga menambah tekanan pada pasar kripto. Di sisi lain, faktor internal seperti penurunan hashrate Bitcoin dengan likuidasi lebih dari US$ 1 miliar dalam 24 jam dan peluncuran ETF Ether spot yang tidak memberikan dukungan sesuai harapan semakin memperburuk kondisi. "Penurunan Bitcoin pada 5 Agustus menyebabkan outflow sebesar US$ 237,45 juta pada ETF Spot Bitcoin, menutup tren positif selama empat minggu terakhir," lanjutnya.
Kendati mengalami tekanan, Fyqieh menyatakan, aset kripto terutama Bitcoin memiliki potensi pemulihan yang kuat karena diprediksi The Fed akan menurunkan suku bunga di sisa tahun ini. Ia memprediksi harga bitcoin akan menyentuh US$ 80.000 Dengan demikian likuiditas pasar akan meningkat dan menarik kembali minat investor pada aset kripto sebab suku bunga yang lebih rendah membuat aset seperti Bitcoin lebih menarik sebagai lindung nilai terhadap inflasi. "Kami percaya pada fundamental Bitcoin sebagai aset jangka panjang, dan menetapkan prediksi harga sebesar US$80.000 atau sekitar Rp1,2 miliar yang akan tercapai sebelum akhir tahun ini," imbuh Fyqieh. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat