KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mengalami tren kenaikan yang cukup masif pada tahun lalu, harga mata uang kripto atau cryptocurrency kini terus mengalami tren penurunan sepanjang tahun 2018 berjalan. Mengutip situs coinmarketcap, harga sejumlah mata uang kripto yang memiliki kapitalisasi pasar besar seperti bitcoin dan ethereum anjlok. Selasa (16/10) pukul 17.45 WIB, harga 1 bitcoin (BTC) setara dengan US$ 6.610,10. Angka ini turun 49,87% (ytd) dibandingkan akhir tahun lalu sebesar US$ 13.187,60. Di periode yang sama, harga ethereum terjun 70,92% (ytd) dari US$ 722,41 per 1 ETH menjadi US$ 210,07 per 1 ETH. Kanta Nandana, Country Manager Luno Indonesia mengatakan, penurunan harga mata uang kripto tak lepas dari efek meroketnya harga instrumen tersebut pada tahun lalu. Ia mencontohkan, harga bitcoin sebagai salah satu mata uang kripto sempat melonjak lebih dari 100% hanya dalam hitungan empat bulan dari September ke Desember tahun lalu. Tren kenaikan tersebut mata uang kripto menjadi booming sehingga banyak orang yang memburunya, termasuk orang-orang yang belum terlalu paham dengan instrumen tersebut. “Tingginya hype dari masyarakat membuat harga mata uang kripto terus naik hingga menyentuh titik jenuh beli. Dari situ harga mulai turun,” ungkap Kanta, Selasa (16/10). Dia pun menilai, penurunan harga mata uang kripto tidak berkaitan dengan kondisi pasar keuangan global yang saat ini sedang mengalami gejolak, terutama di negara-negara emerging market. Sebab, pergerakan mata uang kripto dengan aset investasi konvensional tidak linear. Artinya, jika kinerja instrumen pasar modal suatu negara atau kawasan sedang dalam tren melonjak, belum tentu harga mata uang kripto berada dalam tren serupa. Begitu pula sebaliknya. “Sejauh ini penyebabnya masih dari faktor permintaan dan penawaran,” ujarnya. Senada, Christopher Tahir, Co-Founder Cryptowatch, Cryptocurrency Community and Education menyampaikan, harga mata uang kripto sudah terlalu overprice pada tahun lalu. Sehingga wajar jika tahun ini mengalami penurunan. Apalagi, kenaikan harga tak sebanding dengan pertumbuhan investor mata uang kripto itu sendiri. “Kondisinya mirip seperti tahun 2014 ketika harga mata uang kripto turun. Jadi, ada polanya sehingga kemungkinan tahun depan naik lagi tetap terbuka,” papar Christopher, hari ini. Lebih lanjut, karena bitcoin menyandang status sebagai mata uang kripto pertama dan berkapitalisasi pasar terbesar di dunia, maka begitu harganya turun, mata uang kripto lainnya juga ikut merosot. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga bitcoin turun hampir 50% sejak awal tahun, ini penyebabnya
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mengalami tren kenaikan yang cukup masif pada tahun lalu, harga mata uang kripto atau cryptocurrency kini terus mengalami tren penurunan sepanjang tahun 2018 berjalan. Mengutip situs coinmarketcap, harga sejumlah mata uang kripto yang memiliki kapitalisasi pasar besar seperti bitcoin dan ethereum anjlok. Selasa (16/10) pukul 17.45 WIB, harga 1 bitcoin (BTC) setara dengan US$ 6.610,10. Angka ini turun 49,87% (ytd) dibandingkan akhir tahun lalu sebesar US$ 13.187,60. Di periode yang sama, harga ethereum terjun 70,92% (ytd) dari US$ 722,41 per 1 ETH menjadi US$ 210,07 per 1 ETH. Kanta Nandana, Country Manager Luno Indonesia mengatakan, penurunan harga mata uang kripto tak lepas dari efek meroketnya harga instrumen tersebut pada tahun lalu. Ia mencontohkan, harga bitcoin sebagai salah satu mata uang kripto sempat melonjak lebih dari 100% hanya dalam hitungan empat bulan dari September ke Desember tahun lalu. Tren kenaikan tersebut mata uang kripto menjadi booming sehingga banyak orang yang memburunya, termasuk orang-orang yang belum terlalu paham dengan instrumen tersebut. “Tingginya hype dari masyarakat membuat harga mata uang kripto terus naik hingga menyentuh titik jenuh beli. Dari situ harga mulai turun,” ungkap Kanta, Selasa (16/10). Dia pun menilai, penurunan harga mata uang kripto tidak berkaitan dengan kondisi pasar keuangan global yang saat ini sedang mengalami gejolak, terutama di negara-negara emerging market. Sebab, pergerakan mata uang kripto dengan aset investasi konvensional tidak linear. Artinya, jika kinerja instrumen pasar modal suatu negara atau kawasan sedang dalam tren melonjak, belum tentu harga mata uang kripto berada dalam tren serupa. Begitu pula sebaliknya. “Sejauh ini penyebabnya masih dari faktor permintaan dan penawaran,” ujarnya. Senada, Christopher Tahir, Co-Founder Cryptowatch, Cryptocurrency Community and Education menyampaikan, harga mata uang kripto sudah terlalu overprice pada tahun lalu. Sehingga wajar jika tahun ini mengalami penurunan. Apalagi, kenaikan harga tak sebanding dengan pertumbuhan investor mata uang kripto itu sendiri. “Kondisinya mirip seperti tahun 2014 ketika harga mata uang kripto turun. Jadi, ada polanya sehingga kemungkinan tahun depan naik lagi tetap terbuka,” papar Christopher, hari ini. Lebih lanjut, karena bitcoin menyandang status sebagai mata uang kripto pertama dan berkapitalisasi pasar terbesar di dunia, maka begitu harganya turun, mata uang kripto lainnya juga ikut merosot. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News