KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) sudah anjlok cukup signifikan pasca peristiwa halving pada 20 April 2024 lalu. Hal ini memicu opini bahwa aktivitas harga Bitcoin bisa menurun seiring dengan berlanjutnya arus keluar dana dari ETF Bitcoin spot. Meski begitu, Mengutip CoinmarketCap, harga Bitcoin mulai kembali naik tipis 0,54% menuju level US$ 63.424 pada Minggu (5/5) pukul 13.30 WIB. Sementara itu, Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur, menyebutkan dalam sebulan terakhir, harga Bitcoin sudah turun 17%. Kapitalisasi pasar kripto global anjlok menjadi sekitar US$ 2,2 miliar atau setara dengan Rp 35,2 triliun. Sementara itu, harga Bitcoin anjlok di bawah US$ 57.000 untuk pertama kalinya sejak akhir Februari.
Tak hanya
Bictoin, Fyqieh bilang bahwa Altcoin populer, termasuk Solana (SOL), Dogecoin (DOGE), dan Shiba Inu (SHIB), memiliki kinerja yang lebih buruk lagi. Di mana, penurunannya hingga mencapai dua digit dalam skala harian.
Baca Juga: Aset Kripto Masuk Kondisi Sideways dalam Kurun 4 Bulan ke Depan Fyqieh, menjelaskan penurunan harga Bitcoin disebabkan banyak investor memasuki mode
risk-off menjelang keputusan suku bunga The Fed. Aksi jual pasar kripto pun terpantau masih terus berlanjut, meski The Fed mempertahankan suku bunga pada kisaran target 5,25-5,50%. "Meskipun sejalan dengan ekspektasi pasar, keputusan The Fed tersebut seharusnya mendorong permintaan pembeli terhadap BTC dan pasar kripto yang lebih luas. Pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell juga ramah terhadap pasar kripto, walaupun tidak menanggapi ekspektasi penurunan suku bunga,” ujar Fyqieh, Jumat (3/5). Komentar Powell tidak
hawkish seperti yang dikhawatirkan pasar. The Fed akan mempertahankan suku bunga stabil pada bulan Mei dan Juni. Fyqieh menuturkan,
penurunan suku bunga The Fed yang pertama kemungkinan akan terjadi pada akhir tahun ini. Ia juga mengatakan, bahwa pelemahan Bitcoin disebabkan oleh arus keluar ETF Bitcoin yang terus berlanjut. Sentimen penghindaran risiko investor terlihat jelas di dana ETF BTC, di mana investor telah menarik modalnya selama berhari-hari.
Baca Juga: Blockchain dan Kripto Jadi Fondasi Baru Era Digital di Tengah Ketidakpastian Global Pada 1 Mei 2024, ETF ini memiliki total aliran kumulatif sebesar US$ 11,942 miliar atau secara dengan Rp 191,04 triliun. Angka tersebut turun sekitar 10% dari puncak lokalnya sebesar US$ 12,925 miliar atau Rp 206,72 triliun pada minggu lalu. Selaras dengan hal ini, Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha mengatakan, penurunan harga Bitcoin pasca
halving sangat wajar terjadi, di tengah ekonomi global yang wait and see akibat adanya konflik geopolitik yang masih berlangsung. Dia menyebutkan bahwa secara garis besar Bitcoin cenderung akan mencetak harga tertinggi nya sekitar 6-12 bulan pasca halving terjadi. Selain itu Panji mengatakan, secara teknikal Bitcoin berpotensi akan menguji
support terdekatnya di sekitar level US$ 58.000 - US$ 60.000. Meski demikian, dia memprediksi bahwa market kripto dapat kembali
bullish pada kuartal 4 2024, dengan proyeksi harga melampaui US$ 80.000. “Dilihat juga secara data dari 2013 - 2023 performa Bitcoin pada kuartal 4, rata rata akan ditutup naik di atas 80%,” tandas Panji kepada Kontan.co.id, Sabtu (4/5). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati