Bila Anda membeli buah-buahan di sentra Cipinang Besar, jangan heran kalau harganya lebih mahal dari harga di pasar. Menurut klaim para pedagang, ini karena kualitasnya lebih bagus. Mereka bilang, mereka memang tetap mengutamakan kualitas, bahkan di tengah lonjakan harga buah belakangan ini.Sejumlah pedagang yang KONTAN bilang, harga buah impor dalam dua bulan terakhir ini memang naik. Bahkan kenaikan itu bisa mencapai 100% dari sebelumnya. "Buah impor dari China dan Amerika sekarang lagi naik semua," kata Ratno, pemilik kios Sumber Rejeki.Ia mencontohkan, untuk apel washington yang dua bulan lalu masih berkisar Rp 20.000-Rp 22.000 per kilogram, kini harga jualnya sudah Rp 50.000 per kg. Selain itu, jeruk mandarin yang sebelumnya masih Rp 12.000-Rp 15.000 per kg, sekarang sudah mencapai Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per kg. Kata Ratno, kenaikan harga memang sudah terjadi dari para pemasok.Harga buah melejit seiring berkurangnya pasokan buah impor ke Indonesia. Jadi, di saat permintaan masih tinggi, suplai buah justru menyusut, lantaran adanya kebijakan pembatasan produk impor. "Selain harga naik, kadang barangnya juga susah didapat," keluh Ratno.Akibatnya, penjualan dan margin para pedagang ikut tergerus. Barang dagangan pun kadang tak sekomplit biasanya.Ratno bercerita, biasanya hanya membelanjakan uang Rp 2 juta-Rp 3 juta sehari untuk membeli pasokan buah. Dulu, uang sebesar itu bisa digunakan untuk membeli buah yang cukup banyak dan bervariasi.Tapi, sekarang, untuk satu jenis buah impor, harga per dusnya (20 kg) sudah mencapai Rp 700.000 hingga Rp 900.000. "Jadinya, volume dan jenis buah yang bisa didapat pun hanya sedikit," imbuh Ratno. Kondisi serupa dikeluhkan Fatma, pemilik kios Dian Mandiri di sentra buah Cipinang Besar. Bahkan, dia bilang, tak hanya buah impor yang harganya melejit, melainkan juga buah lokal. "Buah lokal juga ikutan mahal, jadi sekarang buah tidak ada yang murah," ujarnya. Misalnya, harga alpukat lokal sekarang ini sudah mencapai Rp 12.000 per kg, dari sebelumnya masih Rp 9.000 per kg. Namun, Fatma mengakui, keuntungan dari berjualan buah lokal masih lebih besar dibanding buah impor. "Kalau untuk buah impor yang harganya sudah tinggi, tidak bisa ambil untuk banyak lagi," ungkapnya. Misalnya, untuk apel washington, ia membeli dari pemasok seharga Rp 900.000 per dus (isi 20 kg). Nah, Fatma hanya berani menjual seharga Rp 50.000 per kg, alias untung Rp 5.000 per kg.Padahal, untuk produk lokal, seperti jeruk medan, ia masih bisa mengambil untung hingga Rp 7.000 per kg. Ini dengan perhitungan harga beli Rp 18.000 per kg, dan mematok harga jual sekitar Rp 25 ribu per kg. Meski harga buah naik, namun, para pedagang tidak bisa asal menjual buah berkualitas rendah. Maklum, pelanggan di sentra buah Cipinang Besar ini memang lebih banyak dari kalangan menengah ke atas. "Jadi, kami tetap mencari buah dengan kualitas bagus," ucap Fatma. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga buah melejit, untung pun menipis (2)
Bila Anda membeli buah-buahan di sentra Cipinang Besar, jangan heran kalau harganya lebih mahal dari harga di pasar. Menurut klaim para pedagang, ini karena kualitasnya lebih bagus. Mereka bilang, mereka memang tetap mengutamakan kualitas, bahkan di tengah lonjakan harga buah belakangan ini.Sejumlah pedagang yang KONTAN bilang, harga buah impor dalam dua bulan terakhir ini memang naik. Bahkan kenaikan itu bisa mencapai 100% dari sebelumnya. "Buah impor dari China dan Amerika sekarang lagi naik semua," kata Ratno, pemilik kios Sumber Rejeki.Ia mencontohkan, untuk apel washington yang dua bulan lalu masih berkisar Rp 20.000-Rp 22.000 per kilogram, kini harga jualnya sudah Rp 50.000 per kg. Selain itu, jeruk mandarin yang sebelumnya masih Rp 12.000-Rp 15.000 per kg, sekarang sudah mencapai Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per kg. Kata Ratno, kenaikan harga memang sudah terjadi dari para pemasok.Harga buah melejit seiring berkurangnya pasokan buah impor ke Indonesia. Jadi, di saat permintaan masih tinggi, suplai buah justru menyusut, lantaran adanya kebijakan pembatasan produk impor. "Selain harga naik, kadang barangnya juga susah didapat," keluh Ratno.Akibatnya, penjualan dan margin para pedagang ikut tergerus. Barang dagangan pun kadang tak sekomplit biasanya.Ratno bercerita, biasanya hanya membelanjakan uang Rp 2 juta-Rp 3 juta sehari untuk membeli pasokan buah. Dulu, uang sebesar itu bisa digunakan untuk membeli buah yang cukup banyak dan bervariasi.Tapi, sekarang, untuk satu jenis buah impor, harga per dusnya (20 kg) sudah mencapai Rp 700.000 hingga Rp 900.000. "Jadinya, volume dan jenis buah yang bisa didapat pun hanya sedikit," imbuh Ratno. Kondisi serupa dikeluhkan Fatma, pemilik kios Dian Mandiri di sentra buah Cipinang Besar. Bahkan, dia bilang, tak hanya buah impor yang harganya melejit, melainkan juga buah lokal. "Buah lokal juga ikutan mahal, jadi sekarang buah tidak ada yang murah," ujarnya. Misalnya, harga alpukat lokal sekarang ini sudah mencapai Rp 12.000 per kg, dari sebelumnya masih Rp 9.000 per kg. Namun, Fatma mengakui, keuntungan dari berjualan buah lokal masih lebih besar dibanding buah impor. "Kalau untuk buah impor yang harganya sudah tinggi, tidak bisa ambil untuk banyak lagi," ungkapnya. Misalnya, untuk apel washington, ia membeli dari pemasok seharga Rp 900.000 per dus (isi 20 kg). Nah, Fatma hanya berani menjual seharga Rp 50.000 per kg, alias untung Rp 5.000 per kg.Padahal, untuk produk lokal, seperti jeruk medan, ia masih bisa mengambil untung hingga Rp 7.000 per kg. Ini dengan perhitungan harga beli Rp 18.000 per kg, dan mematok harga jual sekitar Rp 25 ribu per kg. Meski harga buah naik, namun, para pedagang tidak bisa asal menjual buah berkualitas rendah. Maklum, pelanggan di sentra buah Cipinang Besar ini memang lebih banyak dari kalangan menengah ke atas. "Jadi, kami tetap mencari buah dengan kualitas bagus," ucap Fatma. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News