Harga CPO bangkit di tengah sinyal penurunan produksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat menyentuh level terendah sejak pertengahan 2016, akhirnya harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mulai kembali menunjukkan sinyal penguatan. Pasar tampaknya mulai mencerna proyeksi penurunan produksi CPO di Indonesia dan Malaysia yang diungkapkan Godrej International Ltd.

Mengutip Bloomberg, Senin (12/3), harga CPO kontrak pengiriman Mei 2018 di Malaysia Derivatives Exchange naik 0,17% ke level RM 2.380 per metrik ton. Namun, dibandingkan pekan sebelumnya, harga masih menunjukkan penurunan sebesar 3,37%.

“Harganya naik karena ada perkiraan produksi CPO akan turun,” ujar Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan.co.id, Senin.


Dalam paparannya, Dorab Mistry, Direktur Godrej International Ltd memangkas perkiraan produksi CPO di Indonesia dan Malaysia pada tahun ini. Produksi minyak sawit mentah dari dua produsen terbesar itu dikurangi masing-masing sebanyak 500.000 ton. Indonesia akan berkurang dari 38 juta ton menjadi 37,5 juta ton dan Malaysia akan berkurang dari 21 juta ton menjadi 20,5 juta ton.

Selain produksi untuk jangka pendek, Dorab juga memperkirakan akan terjadi penurunan stok CPO. Di Malaysia dan Indonesia pada akhir Juli nanti, stok minyak sawit mentah diramalkan akan berkurang dari 4,5 juta ton menjadi 4 juta ton. “Penurunan stok juga mendorong penguatan harga," kata Deddy.

Meski harga CPO bergerak menguat, namun pergerakannya masih dibatasi penguatan ringgit Malaysia. Jatuhnya indeks dollar AS pasca rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang cukup variatif menyebabkan ringgit unggul terhadap dollar AS. Mengutip Bloomberg, Senin (12/3) pukul 17.50 WIB, ringgit menguat 0,18% terhadap dollar AS di level RM 3.9045.

Seperti yang sudah-sudah penguatan ringgit selalu menjadi sentimen negatif yang menahan kenaikan harga CPO. Penguatan ringgit membuat harga CPO menjadi lebih mahal untuk pemilik mata uang lainnya.

Prediksi Deddy, apabila CPO berada di bawah RM 2.400 per metrik ton, masih ada potensi melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini