Harga CPO berfluktuasi, begini cara emiten menghadapinya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga jual minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) mengawali perdagangan awal pekan ini dengan positif. Berdasarkan data Bloomberg, harga CPO kontrak pengiriman November 2021 ditutup naik 1,2% menjadi RM 4.316 per ton dibanding harga penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Meskipun begitu, harga tersebut sudah merosot 3,04% dibanding level penutupan Senin pekan lalu yang berada di RM 4.447 per ton. Asal tahu saja, level RM 4.447 merupakan harga penutupan CPO tertinggi sepanjang tahun 2021 berjalan.

Melihat fluktuasi harga CPO tersebut, Sekretaris Perusahaan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) Swasti Kartikaningtyas menilai, harga CPO masih berada di level yang tinggi dan permintaan CPO SSMS juga masih sangat baik. Penurunan harga CPO yang terjadi baru-baru ini juga tidak mempengaruhi rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) SSMS.


Baca Juga: Analis sebut harga CPO berpotensi mengalami fluktuasi, ini penyebabnya

"Menurut data internal kami sampai pada bulan Juli 2021, ASP CPO kuartal kedua 2021 masih meningkat sekitar 16,2% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya," kata Swasti saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (23/8). SSMS pun optimistis, harga CPO pada sisa tahun ini akan cenderung stabil sejalan dengan masih banyaknya permintaan ekspor dan pertumbuhan konsumsi domestik.

Dari segi operasional, SSMS pun terus berupaya agar volume penjualan CPO-nya dapat melebihi tahun lalu. "Kami menargetkan volume penjualan tahun ini dapat meningkat sebesar 10%-15%," kata Swasti.

Untuk mencapai target tersebut, SSMS memaksimalkan penjualan dengan menyalurkan sebagian besar CPO ke anak usahanya yang bergerak di bisnis refinery, yakni PT Citra Borneo Utama. Penjualan ke segmen hilir ini merupakan salah satu strategi SSMS karena mayoritas hasil produksi Citra Borneo Utama diekspor ke luar negeri dan permintaan produk dari Citra Borneo Utama semakin besar setiap tahun.

Kemudian, untuk sisanya, SSMS tetap menjual CPO kepada pihak ketiga. Penurunan pungutan ekspor dari pemerintah dinilai memiliki dampak positif untuk penjualan ekspor CPO SSMS, terutama dalam menghadapi fluktuasi harga CPO.

Baca Juga: Harga CPO dinilai masih mempunyai potensi menguat

Sementara itu, untuk meningkatkan produksi CPO, SSMS melakukan peluang kerja sama dengan petani plasma dalam program peningkatan hasil produksi dari lahan masyarakat. Saat ini, rata-rata yang dihasilkan dari masyarakat adalah sekitar 13-15 ton per hektare per tahun untuk umur tanaman 10 tahun.

Dalam program ini, SSMS melakukan kajian agronomi dan memberikan dosis pupuk yang tepat sehingga produksi dari petani meningkat menjadi 18-22 ton per hektare per tahun. Hasil dari petani tersebut masuk ke pabrik kelapa sawit SSMS sehingga suplai tandan buah segar (TBS) perusahaan semakin meningkat.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Mahkota Group Tbk (MGRO) Elvi mengatakan, untuk menghadapi fluktuasi harga CPO, perusahaannya berusaha semaksimal mungkin untuk berproduksi dalam kapasitas penuh. "Hal ini guna mencapai target volume produksi 522.000 ton dan meraih target penjualan sebesar Rp 6 triliun di tahun 2021," kata Elvi.

MGRO memprediksi, harga CPO akan tetap akan bergejolak hingga akhir tahun. Untuk itu, perusahaan melakukan hedging dan analisis tren harga untuk memitigasi kenaikan atau penurunan harga pasar.

Baca Juga: Simak sentimen yang masih dapat mengerek harga CPO tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati