JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) makin tergelincir. Harga kontrak CPO untuk pengiriman Januari 2013, di Bursa Malaysia, Jumat (9/11), pukul 17.00 WIB, melemah 0,93% menjadi RM 2.314 per ton. Sebulan terakhir, harga CPO terpangkas 7,59%. Tapi, ada harapan harga CPO bakal terangkat. Penyebabnya, stok CPO Malaysia yang notabene sebagai produsen CPO terbesar kedua sejagat setelah Indonesia, diprediksi meningkat seiring datangnya musim panen. Menurut survei Bloomberg, persediaan CPO Malaysia hingga bulan Oktober akan meningkat 8,9% menjadi 2,7 juta ton ketimbang sebulan sebelumnya. Stok ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah. Data resmi mengenai stok CPO Malaysia akan dirilis, awal pekan depan.
Selain itu, ekspor CPO dari Indonesia diprediksi naik 13% menjadi 1,6 juta ton pada bulan ini. Angka itu merupakan yang tertinggi sejak Januari 2012. "Dengan peningkatan pembelian diharapkan harga CPO menguat," ujar Teguh Patriawan, Presiden Direktur PT Nusantara Sawit Persada seperti dikutip Bloomberg. Berpotensi naik Teguh sendiri memperkirakan, ekspor CPO di bulan ini sedikitnya akan mencapai 1,5 juta ton. Permintaan CPO dari India, sebagai pembeli terbesar, menjadi pendorongnya. Bulan Oktober lalu, ekspor CPO ke India diprediksi naik 23% menjadi 750.000 ton. Analis iPasar, Pasar Fisik Komoditas, Renji Betari, bilang, permintaan CPO dari India naik dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Sedangkan, produksi CPO untuk pengiriman selama 2012, turun sebesar 15% di seluruh dunia. "Ini memunculkan harapan harga CPO bisa terangkat hingga mencapai RM 3.000 per ton pada Januari 2013," ujar Renji. Menurut Kiswoyo Adi Joe, Analis Investa Saran Mandiri, perayaan keagamaan yang berlangsung di India pada akhir 2012 bisa membantu mengangkat harga CPO. Jika China dan India memborong hingga 30% persediaan CPO dari Indonesia dan Malaysia, harga bisa kembali terangkat ke kisaran RM 2.500-2.700 per ton di awal 2013. Di lain sisi, penurunan pajak ekspor CPO Indonesia tidak banyak berdampak pada peningkatan permintaan CPO. Sekadar informasi, bulan Oktober lalu, Indonesia memangkas bea keluar CPO menjadi 9% dari 13,5%.
Menurut Kiswoyo, pemerintah harusnya mengkaji lagi kebijakan penurunan bea keluar CPO tersebut. Sebab, ini tidak mendukung perkembangan industri hilir CPO, meski tujuan utama pemangkasan bea keluar ini untuk menggenjot ekspor CPO. Sebaliknya, ini malah akan menguntungkan Malaysia yang notabene merupakan pesaing Indonesia sebagai produsen CPO. Sebab, CPO dari Indonesia akan banyak diolah disana dan akan menumbuhkan industri pengolahan CPO di Malaysia yang saat ini sedang mati suri. "Lebih baik jika Indonesia memiliki industri pengolahan CPO sendiri. Selain akan memberi nilai tambah produk, juga akan membuka lapangan pekerjaan," ucap Kiswoyo. Sepekan ke depan, Kiswoyo memprediksi, harga CPO akan cenderung menguat di kisaran support RM 2.300 dan resistance RM. 2.450 per ton. Sedang prediksi Renji, harga CPO berada di rentang RM. 2.300 – RM. 2.650 per ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini