KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit mentah atau
crude palm oil (CPO) diprediksi akan turun pada pekan ini. Sentimen utamanya datang dari pelemahan harga minyak lainnya, seperti kedelai, biji matahari, dan minyak mentah dunia. Berdasarkan data Trading Economics, harga CPO naik 0,13% atau berada di level RM 3.963 per ton pada Rabu (10/7) pukul 18.50 WIB. Sedangkan dalam sepekan harga CPO turun 3,02%, dan dalam sebulan menguat 1,2%. Research and Development ICDX Yoga Tirta mengatakan, faktor yang mempengaruhi pergerakan harga CPO pada perdagangan hari ini, Rabu (10/7) adalah sentimen menjelang rilisnya laporan bulanan
outlook pasar CPO Malaysia yang biasanya dirilis setiap bulan tanggal 10 oleh Dewan Minyak Sawit Malaysia. “Laporan ini biasanya dijadikan indikator penting bagi pelaku untuk melihat gambaran arah pasokan dan permintaan CPO di pasar,” kata Yoga kepada Kontan.co.id, Rabu (10/7).
Baca Juga: Harga CPO Diramal Turun Pekan Ini, Simak Prospeknya Hingga Akhir Tahun Yoga memprediksi, dalam jangka pendek, harga CPO berpotensi untuk kembali bergerak melemah dengan level
resistance di kisaran harga RM 3.820-RM 3.875 per ton, dan level
support di kisaran harga RM 3.750–RM 3.800 per ton. Dia menjelaskan, sentimen dari penurunan harga CPO tersebut datang dari melemahnya harga minyak lainnya, seperti minyak nabati, kedelai, biji matahari dan minyak mentah dunia. Selain itu, adanya peningkatan impor minyak nabati yang merupakan pesaing dari CPO. Kendati begitu, Yoga memprediksi harga CPO akan kembali menguat pada akhir tahun 2024. Hal ini seiring dengan adanya musim dingin. Pasalnya, saat musim tersebut, masyarakat di negara Asia seperti Korea Selatan, Jepang hingga Amerika Serikat libur dan kerap kali mengadakan pesta pernikahan, sehingga hal ini meningkatkan konsumsi pada penggunaan minyak kelapa sawit. Yoga memproyeksi, pada akhir tahun, harga CPO cenderung bergerak
bullish dengan level resistance di kisaran harga RM 4.000 per ton–4.300 per ton dan level support di kisaran harga RM 3.700 per ton-RM 3.800 per ton. Baca Juga: Emiten Lebih Agresif Menjaring Dana di Semester Dua Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, penurunan harga CPO pada akhir-akhir ini disebabkan oleh musim hujan, sehingga membuat buah tandan pada CPO berair. Hal tersebut membuat panen menjadi terhambat. “Pada saat musim penghujan hasil dari minyak CPO pun juga pasti menurun dibandingkan dengan musim kemarau,“ kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Rabu (10/7). Di sisi lain, Ibrahim mengatakan bahwa para pedagang sedang menunggu rilis data dari Dewan Minyak Sawit Malaysia yang akan mengumumkan informasi terkait panen raya dalam minggu ini. Data tersebut diprediksi, bahwa permintaan untuk minyak CPO baik dari Tiongkok, India, Korea Selatan, hingga Jepang, sehingga impor CPO dari pasar Malaysia dan Indonesia akan meningkat.
Baca Juga: Pemerintah Gelar Rapat Soal Legalitas Lahan Sawit di Kawasan Hutan, Ini Hasilnya Tak hanya itu, Ibrahim memperkirakan, di akhir tahun harga CPO akan kembali
bullish. Hal ini seiring dengan pemangkasan suku bunga oleh bank-bank sentral dunia dan the Fed, sehingga akan mendukung harga. Dengan berbagai faktor tersebut, Ibrahim memperkirakan harga CPO akan menemui level resistensi di kisaran harga RM 4.150–RM 4.250 per ton. "Apabila menemui katalis negatif, maka harga berpotensi turun menuju level
support di kisaran harga RM 3.750–RM 3.650 per ton," imbuhnya. Dia juga memprediksi, harga CPO akan kembali stabil pada kisaran RM 4.000 hingga RM 4.200 per ton di bulan ini. Sedangkan pada akhir tahun 2024, harga CPO diperkirakan akan berada di posisi RM 4.300 per ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati