Harga CPO diramal lesu sampai akhir tahun



JAKARTA. Selama lima tahun terakhir ini harga CPO bergerak mendatar. Sejak menembus level terendahnya di kisaran RM 2.100-an, harga CPO terbukti sulit bangkit sampai sekarang. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti penguatan dollar AS, kelesuan permintaan global, faktor musiman, dan harga komoditas komplementer.

Mengacu data Bloomberg, Kamis (23/7) pukul 10.34 WIB, harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) kontrak pengiriman Oktober 2015 di bursa Malaysia Derivate Exchange tercatat turun 0,9% ke level RM 2.186 per metrik ton. Dalam sepekan harga CPO anjlok 0,22%.

Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures, memaparkan penurunan harga CPO merupakan hal yang wajar karena sempat rebound saat lebaran Idul Fitri lalu. Wahyu menjelaskan bahwa ada fluktuasi harga CPO dari sebelum lebaran dan sesudah lebaran. Pemicunya, kata Wahyu, adanya ekpektasi akan meningkatkan produksi CPO di kuartal tiga, tetapi karena ada libur lebaran di negara produsen CPO seperti Malaysia dan Indonesia, menyebabkan produksi sedikit lesu.


“Belakangan ini pergerakannya kan menjelang hari raya masih naik karena ada libur di Malaysia dan Indonesia sehingga ada spekulasi berkurangnya stok dan membuat harga sedikit menguat, Jadi, laporan harga CPO di kuartal tiga nanti bisa jadi ada surplus,” kata Wahyu.

Wahyu menegaskan bahwa sementara ini naik dan turunnya harga sedikit dipengaruhi oleh faktor seperti penguatan dollar AS terhadap RM, supply-demand terkait musim, dan harga komoditas kompetitor seperti minyak jagung. Selain itu, kata Wahyu, secara teknikal harga CPO wajar turun.

Wahyu menilai, CPO digunakan untuk minyak goreng dan produsen terbesar CPO adalah India, selain Malaysia dan Indonesia, yang mayoritas penduduknya Muslim.

“Sehingga pada awal bulan puasa harga CPO sedikit anjlok tapi mulai menguat menjelang lebaran. Sekarang setelah lebaran, harga menjadi koreksi. Ditambah lagi sekarang ekspor Malaysia melemah dan memang semua komoditas teracam melemah karena permintaan yang berkurang secara global,” terang Wahyu.

Wahyu menduga bahwa tren CPO masih lemah dalam enam bulan ke depan. Wahyu menilai bahwa pelemahan ekspor di Malaysia pada pertengahan Juli 2015 sebesar 15,5% ke level 907,574 metrik ton itu sedikit membuat harga CPO anjlok.

“Harga CPO sudah menembus support 2800 di Oktober 2011, sejak saat itu sudah tidak pernah berada di atas itu. Sehingga harga support menjadi harga resistance, sampai sekarang harga hanya bermain di kisaran RM 2.100-RM 2.300,” kata Wahyu.

Untuk Jumat (24/7), Wahyu menduga harga CPO bisa naik terbatas dengan dugaan harga menggunakan level harian berada di kisaran level RM2.150-RM 2.250 per metrik ton karena secara harga hanya akan bermain di kisaran support di RM 2.300 dan harga resistance di RM 2.100 di bulan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie