JAKARTA. Sepanjang bulan Agustus 2015 lalu, harga minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) untuk pertama kalinya dalam enam tahun terakhir jatuh pada level terendah. Sepanjang bulan lalu, harga CPO global bergerak di kisaran US$ 590 – US$ 480 per metrik ton. Tren penurunan harga terus berlangsung mulai dari pekan pertama hingga pertengahan pekan keempat di mana harga telah jatuh di titik terendah yaitu US$ 480 per metrik ton. Sedangkan harga rata-rata CPO global pada Agustus terjerembap di US$ 539,3 per metrik ton atau turun 15% dibandingkan dengan harga rata-rata Juli lalu yaitu US$ 630,6 per metrik ton. Jatuhnya harga selain disebabkan lemahnya permintaan pasar global juga disebabkan perkiraan meningkatnya stok minyak sawit di negeri penghasil utama minyak sawit Indonesia dan Malaysia. Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), volume ekspor minyak sawit Indonesia pada Agustus lalu tercatat sebesar 2,10 juta ton atau terkerek 0,6% atau dari 2,09 juta ton pada Juli. Ekspor minyak sawit Indonesia stagnan pada saat harga CPO berada pada posisi harga terendah karena lemahnya daya beli dari pasar ekspor utama Indonesia yaitu China, India dan Uni Eropa. Fadhil Hasan Direktur Eksekutif GAPKI mengatakan Uni Eropa mengurangi permintaan yang signifikan. Ekspor minyak sawit ke Benua Biru ini tercatat turun 30% dibandingkan bulan sebelumnya, atau dari 380,130 ton pada Juli turun menjadi 264,550 ton pada Agustus.
Harga CPO jatuh, China dan India kurangi impor
JAKARTA. Sepanjang bulan Agustus 2015 lalu, harga minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) untuk pertama kalinya dalam enam tahun terakhir jatuh pada level terendah. Sepanjang bulan lalu, harga CPO global bergerak di kisaran US$ 590 – US$ 480 per metrik ton. Tren penurunan harga terus berlangsung mulai dari pekan pertama hingga pertengahan pekan keempat di mana harga telah jatuh di titik terendah yaitu US$ 480 per metrik ton. Sedangkan harga rata-rata CPO global pada Agustus terjerembap di US$ 539,3 per metrik ton atau turun 15% dibandingkan dengan harga rata-rata Juli lalu yaitu US$ 630,6 per metrik ton. Jatuhnya harga selain disebabkan lemahnya permintaan pasar global juga disebabkan perkiraan meningkatnya stok minyak sawit di negeri penghasil utama minyak sawit Indonesia dan Malaysia. Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), volume ekspor minyak sawit Indonesia pada Agustus lalu tercatat sebesar 2,10 juta ton atau terkerek 0,6% atau dari 2,09 juta ton pada Juli. Ekspor minyak sawit Indonesia stagnan pada saat harga CPO berada pada posisi harga terendah karena lemahnya daya beli dari pasar ekspor utama Indonesia yaitu China, India dan Uni Eropa. Fadhil Hasan Direktur Eksekutif GAPKI mengatakan Uni Eropa mengurangi permintaan yang signifikan. Ekspor minyak sawit ke Benua Biru ini tercatat turun 30% dibandingkan bulan sebelumnya, atau dari 380,130 ton pada Juli turun menjadi 264,550 ton pada Agustus.