JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) bergerak turun. Spekulasi pasar bahwa ekspor CPO dari Malaysia pada November 2013 akan turun untuk pertama kalinya sejak Mei lalu, menghentikan tren kenaikan harga CPO selama beberapa bulan terakhir. Di Bursa Derivatif Malaysia sampai dengan Kamis (5/12) pukul 17.09 WIB, harga CPO untuk pengiriman Februari 2014 melemah 0,56 % menjadi RM 2.641 per metrik ton. Hari sebelumnya, harga CPO naik 1,49% akibat spekulasi pasar bahwa penguatan harga minyak dunia ke level tertinggi akan juga berimbas pada kenaikan permintaan CPO. Penguatan juga dipicu oleh tingkat produksi CPO di Indonesia yang turun.
Namun, harga CPO berbalik arah. Isha Trivedi, analis Philip Capital India Pvt kepada Bloomberg mengatakan, penurunan harga tersebut terjadi setelah survei Bloomberg memberikan gambaran bahwa sepanjang November 2013 kemungkinan besar stok CPO di Malaysia akan naik 6,2% ke level tertinggi sejak Maret 2013 menjadi 1.96 juta ton. "Itu telah membebani pergerakan harga CPO," katanya. Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, tekanan harga CPO juga datang dari aksi ambil untung yang dilakukan oleh pasar pasca penguatan harga yang terjadi pada sesi perdagangan sebelumnya. Namun, kemungkinan besar tekanan tersebut tidak akan berlangsung lama. Suluh Adil Wicaksono, analis Millenium Penata Futures mengatakan, biarpun melemah, harga CPO masih berada di level tinggi. Bahkan bila dilihat secara mingguan, harga minyak kelapa sawit masih mengalami kenaikan. Suluh memprediksi, harga CPO masih akan naik pada pekan depan, apalagi dengan adanya masalah cuaca. Ditengarai, wilayah Asia Tenggara akan terjadi curah hujan yang tinggi sehingga mengganggu panen dan mengerek harga CPO selama bulan Desember ini. "Curah hujan lagi tinggi-tingginya di Desember. Analis concern terhadap cuaca sehingga ada potensi harga akan mencapai RM 2.700 per metrik ton. Tapi saat ini belum terjadi, minggu depan potensinya terbuka lebar," ujarnya.