JAKARTA. Tahun ini merupakan tahun buruk bagi komoditas minyak sawit alias crude palm oil (CPO). Selain dipicu oleh cadangan yang berlebih, harga CPO terpaksa parkir di level terendahnya selama tiga tahun terakhir akibat belum adanya solusi jurang fiskal Amerika Serikat (AS) dan perbaikan ekonomi global. Kemarin, harga CPO untuk pengiriman Februari 2013 di Malaysia Derivatives Exchange mencapai level terendah sejak tahun 2009 di harga penutupan RM 2.230 per metrik ton. Malah, harga CPO sempat menyentuh RM 2.217 per ton. Lunglainya harga CPO ditambah lagi dengan produksi CPO yang naik, saat cadangan CPO Indonesia dan Malaysia, selaku produsen terbesar, masih menumpuk. Ibrahim, analis Senior Harvest International Futures menilai, kejatuhan CPO setidaknya masih akan berlanjut hingga Februari-Maret 2013.
Permintaan CPO menurun akibat pelemahan ekonomi global. Eropa sebagai negara tujuan ekspor CPO mulai mengetatkan impor. Dari AS, setelah ada solusi jurang fiskal sekitar pekan depan, harga CPO bisa terdongkrak dalam jangka pendek. Ibrahim memprediksi, CPO akan menyentuh level RM 2.150 per metrik ton pada akhir tahun ini. "Perekonomian China mulai membaik, sehingga akan ada penambahan permintaan CPO," ujar Ibrahim. Jepang sebagai negara importir terbesar CPO juga akan kembali meningkatkan permintaan pasca pemilu 16 Desember. Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri optimistis, harga CPO akan mengakhiri terjun bebasnya dan kembali reli. Menurutnya, masa panen sudah hampir usai sehingga kelebihan cadangan bisa berkurang. Selain itu, ia melihat perekonomian negara importir CPO seperti China dan India mulai bergairah. Hal itu akan mendorong permintaan kedua negara.