Harga CPO masih berpeluang untuk naik



JAKARTA. Harga minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) naik tipis dibandingkan hari sebelumnya. Hal ini di karenakan banyaknya permintaan sementara stok CPO semakin menipis. Selain itu, antisipasi akan datangnya El Nino juga membuat banyak negara konsumen CPO melakukan aksi restocking. Mengutip Bloomberg, Jumat (3/7) pukul 11.26, harga CPO kontrak pengiriman September 2015 di bursa Malaysia Derivative Exchange tercatat naik 0,3% di level RM2.274 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Sementara harga sepekan turun 0,17%. Hal ini menurut Research and Analyst PT Fortis Asia Futures Deddy Yusuf Siregar, dipengaruhi oleh stok CPO yang merosot sekitar 3% pada bulan lalu. Ekspor Malaysia yang meningkat dan produksi yang cenderung stagnan membuat harga CPO naik.

Ekspor CPO di Malaysia naik 6,2% pada bulan lalu ke 1,65 ton yang merupakan volume terbesar sejak Oktober 2013 sementara pajak ekspor atau bea keluar tetap nol persen. “Sebagian pekerja kan diliburkan untuk puasa dan ekspor Malaysia juga meningkat. Bulan Juni lalu ada permintaan dari India dan Afrika,” kata Deddy. Selain itu, rencana Indonesia untuk mengembangkan biodiesel juga berpengaruh positif bagi CPO. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kepala Sawit (BPDP) sempat menyatakan bahwa pada 2015-2016 akan memberikan subsidi untuk penjualan biodiesel B10-B15 sehingga konsumsi di dalam negeri bisa meningkat. Jika penggunaan biodiesel ditingkatkan, maka pasokan CPO dari Indonesia akan berkurang. “Alhasil mampu memberikan dampak baik terhadap harga. Apalagi secara harga, saat ini memang masih wajar, pada saat harga rendah mulai banyak permintaan,” jelas Deddy. Senada dengan Deddy, Direktur dan Analis PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka Ibrahim juga menyatakan bahwa dengan adanya subsidi untuk biodiesel dari pemerintah Indonesia, membuat stok di Indonesia menjadi berkurang. Ibrahim menambahkan, meningkatnya harga CPO ini juga dikarenakan masalah melemahnya Ringgit Malaysia. Ringgit Malaysia berada di level terendahnya selama dua minggu terakhir ini. Selain itu, membaiknya data manufaktur China dan Amerika turut meningkatkan harga CPO.

Ibrahim mengatakan posisi CPO saat ini memang cukup baik karena didukung sentimen positif. “Manufaktur China dan Amerika yang baik membuat permintaan komoditas meningkat. Meskipun AS tidak terlalu berpengaruh, tetapi dia tetap mempengaruhi permintaan. Di sisi lain, stok kacang kedelai AS sedang menurun karena musim hujan,” katanya. Berbanding lurus dengan harga CPO, harga minyak kedelai pun naik di level US$147.45 per metrik ton. Kenaikan ini, menurut Deddy, dikarenakan banyak negara konsumen CPO yang melakukan restocking karena kekhawatiran El Nino. El Nino yang sangat berdampak terhadap cuaca di kawasan Asia dan Amerika Selatan bisa menjadi penentu utama harga CPO dalam beberapa bulan ke depan. “Minyak kedelai sebagai barang substitusi ikut naik karena banyak yang restocking,” kata Deddy menekankan. Sementara itu, Ibrahim juga menyatakan bahwa musim hujan di Amerika membuat hasil panen kedelai menjadi sedikit. Sehingga, stok kedelai di Amerika menipis di saat permintaan yang semakin meningkat. Hal ini membuat harga kedelai ikut menanjak. “Dengan pasar tidak membahas kenaikan suku bunga the Fed, permintaan komoditas meningkat. Ditambah lagi stok yang menipis di Amerika, bisa mendongkrak harga,” ujar Ibrahim.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan