KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih tertunduk lesu. Kebijakan covid-19 dan suku bunga tinggi menekan harga CPO di sepanjang tahun ini. Mengutip Tradingeconomics, harga CPO berada di RM 4.075 per ton pada pukul 16.32 WIB, Kamis (24/11). Harga CPO turun 0,83% secara harian dan turun 1,26% secara bulanan. Harga CPO sudah ambruk 17,29% secara tahunan. Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, sebenarnya harga CPO sempat naik tinggi bersama harga gandum dan kacang kedelai di awal tahun ini. Kenaikan disinyalir seiring dengan permintaan yang tinggi oleh harapan dibukanya kembali ekonomi pasca covid-19.
Namun, harga CPO kemudian anjlok setelah adanya kebijakan pengetatan oleh bank sentral di seluruh dunia. Langkah China yang masih terus melanjutkan zero-covid policy juga menjadi pemicunya. Baca Juga: Kontribusi Indonesia di Produksi Minyak Sawit Dunia Besar Pada Rabu (23/11), harga minyak kelapa sawit berjangka Malaysia berakhir naik tajam 2,5% menjadi RM 4.104 per ton atau setara US$ 897,64 per ton. Penguatan ini sudah berlangsung selama tiga hari beruntun. Menurut Lukman, pasar berekspektasi bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve akan mulai memperkecil besaran kenaikan suku bunga. Serta, China yang diisukan akan segera melonggarkan lockdown. "Kedua hal ini sangat berperan pada permintaan. Dari sisi pasokan, panen puncak Oktober dan November juga akan membatasi kenaikan pada harga," ucap Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (24/11). Lukman menilai prospek harga CPO masih akan berada dalam tekanan. Sebab, ekonomi global yang melambat dan bahkan resesi di banyak negara besar dan output yang masih tinggi masih akan menekan harga CPO di tahun 2023. Baca Juga: Intip Prospek Sektor CPO Beserta Rekomendasi Sahamnya "Terlebih apabila China masih tetap dalam status lockdown ketat. Risikonya, permintaan CPO masih akan rendah," kata Lukman.