Harga CPO masih melemah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) kembali melemah. Mengutip Bloomberg, Rabu (17/1) harga CPO kontrak pengiriman Maret 2018 di Malaysia Derivative Exchange ditutup melemah 1,67% ke level RM 2.476 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.

Deddy Yusuf Siregar, Analis Asia Tradepoint Futures mengatakan ada tiga faktor penyebab hari ini harga CPO ditutup melemah. Pertama, mata uang ringgit cenderung menguat terhadap dollar As.

Hal ini berdampak pada pelemahan harga CPO karena dengan menguatnya harga ringgit membuat harga CPO menjadi mahal. Bila harga CPO mahal bisa memunculkan keengganan pelaku pasar untuk melakukan aksi beli.


Kedua, Deddy mengatakan di hari ini petani kelapa sawit Malaysia berkumpul untuk melakukan protes pada keputusan parlemen Uni Eropa yang akan mulai memberlakukan larangan masuknya minyak kelapa sawit ke wilayahnya di tahun 2020.

"Dengan adanya larangan tersebut akan berdampak luas ke negara lain entah AS atau negara yang baru saja melakukan impor CPO dari Indonesia maupun Malaysia," kata Deddy, Rabu (17/1).

Ketiga, data kargo Intertek Testing Services menunjukkan ekspor CPO Malaysia periode 1-15 Januari turun 7,4% menjadi 552.635 ton dibanding periode sama bulan sebelumnya.

Dengan berbagai sentimen negatif di atas maka tak heran jelang Imlek harga CPO masih melemah. Maklum, biasanya harga CPO menguat ketika Imlek, tetapi pelaku pasar lebih fokus pada sentimen negatif di atas.

Meski begitu, Deddy masih melihat peluang kenaikan pada harga CPO. "Imlek terjadi pertengahan Februari, mungkin saja pekan depan harga CPO mulai rebound karena beberapa pekan lalu harga CPO juga sempat menguat," kata Deddy.

Selain faktor Imlek, harga CPO masih memiliki potensi naik karena tertopang China yang melakukan program biodiesel B5. Permintaan CPO ke pasar China diproyeksikan bisa mencapai 10 juta ton per tahun dari yang biasanya hanya mengimpor 3-5 juta ton.

Namun, perlu diwaspadai pula, di tahun ini ada potensi produksi CPO baik di Malaysia dan Indonesia akan meningkat. Produksi CPO Indonesia akan meningkat menjadi 37 juta ton dan produksi Malaysia naik menjadi 19,97 juta ton.

Potensi naiknya produksi ini bisa menjadi sentimen negatif bagi harga CPO. Kalau permintaan CPO turun sementara produksi tinggi bisa menyebabkan harga CPO tertekan.

"Tampaknya yang dikhawatirkan saat ini kembalinya peningkatan produksi CPO karena masalah cuaca saat ini bukan jadi masalah utama bagi perusahaan produksi CPO," kata Deddy.

Deddy memproyeksikan harga CPO pada esok hari akan melemah dan bergerak direntang RM 2.500-RM 2.460. Sedangkan, harga CPO sepekan diproyeksikan bergerak di rentang RM 2.520-RM 2.420.

Saat ini harga Saat ini harga CPO bergulir di bawah MA 50, 100 dan 200 kondisi ini menandakan cenderung bearish. Relative strength index (RSI) di area 49 berpeluang melemah.

Stochastic juga di area 49, potensi melemah. Sementara moving average convergence divergence (MACD) masih di area positif, cenderung melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto