KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) masih mengalami penurunan. Berdasarkan Trading Economics, harga CPO melemah 2,73% ke level MYR 3.814 per metrik ton pada Rabu (1/5), pukul 11.40 WIB. Sedangkan dalam sepekan CPO turun 2,1%. Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, harga CPO melorot karena penurunan minyak keledai di Chichago Board of Trade dan penurunan minyak mentah dunia karena menurunnya tensi geopolitik di timur tengah salah satunya konflik antara Iran dan Israel. Penurunan harga CPO juga dipengaruhi oleh proyeksi pertumbuhan dan persediaan minyak sawit yang naik sebesar 4,11% pada bulan April 2024, dan melemahnya permintaan dari India.
“Proyeksi penurunan kemungkinan dapat menjangkau harga terendah CPO di level MYR 3.843 per ton yang terlihat pada bulan Februari yang lalu,” kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Selasa (30/4).
Baca Juga: Gapki Sebut Ekspor CPO Turun 26,48% pada Februari 2024 Kemudian, sentimen lainnya yang membuat harga CPO turun Sutopo bilang, karena adanya peningkatan impor, dan pemulihan harga minyak nabati. Dia menyebutkan, MPOC mencatat adanya peningkatan impor minyak nabati di India dan Tiongkok dalam beberapa bulan mendatang, untuk melawan potensi sentimen
bearish akibat peningkatan stok dan produksi. “Pasalnya, tingkat impor minyak nabati di negara-negara tersebut telah mencapai titik terendah sejak November 2022, sebagian besar disebabkan oleh penurunan impor yang signifikan pada periode sebelumnya,” kata Sutopo. Lebih kanjut, Sutopo mengatakan program Biodiesel B50 yang diusung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka berpotensi mengerek harga CPO di pasar internasional. Dengan begitu, diprediksi akan menguntungkan Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. “Namun ini masih wacana dan belum terealisasi, masih perlu waktu yang panjang. Jika terwujud, nilai CPO akan semakin membaik dan meningkat,” imbuhnya. Sutopo pun memprediksi harga CPO akan kembali stabil pada kisaran MYR 4.000 hingga MRM 4.200 per metrik ton di bulan ini. Sedangkan pada akhir tahun 2024, harga CPO diperkirakan akan diperdagangkan di level MYR 4.726,74 per metrik ton. Pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong menilai, harga CPO turun disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu, harga minyak sejenis yang juga masih lemah seperti minyak kedelai dan biji bunga matahari, begitu pula harga minyak mentah dunia yang sudah turun cukup banyak belakang ini. Selain itu, Lukman mengatakan sentimen lainnya yang membuat harga COO turun karena prospek suku bunga the Fed dan pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Baca Juga: Gapki Minta Program B50 Prabowo-Gibran Ditinjau Kembali, Ini Alasannya “Paska lebaran, saya melihat harga CPO idealnya akan berkisar MYR 3.600 - MYR 3.800 per metrik ton,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Selasa (30/4).
Sebelumnya, Lukman memperkirakan harga CPO bisa naik di semester II-2024, karena dimulainya siklus pemangkasan suku bunga oleh bank-bank sentral dunia. Namun sayangnya, perkembangan belakangan ini, walau ECB dan BoE diperkirakan memang akan menurunkan suku bunga pada bulan Juni, tetapi the Fed diperkirakan baru akan menurunkannya paling cepat pada September 2024.
“Untuk itu, di kuartal kedua CPO akan berkisar MYR 3.600 per metrik ton, tetapi di akhir tahun kemungkinan diperkirakan berkisar MYR 3.800 per metrik ton," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .