Harga CPO Melandai Usai Lebaran, Intip Prospeknya ke Depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepekan terakhir harga CPO tergelincir hingga menyentuh MYR 4.279 per ton pada Minggu (14/4).

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, harga CPO melorot karena penurunan harga minyak nabati saingannya di Chicago Board. Ini menyusul data penjualan ekspor mingguan yang lebih rendah dari perkiraan dari USDA.

Selain itu, kehati-hatian meningkat menjelang data persediaan bulanan dari Dewan Minyak Sawit Malaysia pada pertengahan April. 


"Kemudian, adanya aksi profit taking setelah harga mencapai puncaknya, di atas MYR 4.440 pada awal minggu," ujarnya kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Harga Minyak Turun, Data Inflasi Mengurangi Harapan Penurunan Suku Bunga

Meski begitu, kontrak-kontrak tersebut diperkirakan akan melonjak sekitar 4%, yang mungkin merupakan kenaikan pertama dalam tiga minggu, didorong oleh kenaikan harga minyak mentah lebih lanjut karena ketegangan di Eropa dan Timur Tengah. Selain itu, perkiraan kuatnya permintaan akibat dampak musiman juga masih berlanjut.

Berdasarkan data surveyor kargo Intertek Testing Services, AmSpec Agri, dan SGS, pengiriman produk minyak sawit Malaysia untuk bulan Maret kemungkinan melonjak antara 11,77% dan 29,2%.

Sementara itu, Reuters memperkirakan stok kemungkinan turun sebesar 6,65% bulanan ke level terendah dalam 8 bulan sebesar 1,79 juta ton pada akhir bulan Maret.

"CPO diperkirakan diperdagangkan pada MYR 4.419,09 per metrik ton pada akhir kuartal ini dan MYR 4.726,74 dalam waktu 12 bulan," sebutnya.

Pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong justru menilai harga CPO akan kian melandai. Sebab, kenaikannya belakangan ini didorong pada permintaan musiman jelang Lebaran.

Baca Juga: Harga Emas Tergelincir dari Level Rekor Setelah Data Inflasi AS yang Panas

Penurunan harga CPO juga disebabkan data-data ekonomi (inflasi dan perdagangan) China yang lebih lemah pada pekan lalu turut membuat kekhawatiran permintaan yang lemah ke depan. Ditambah tensi antara Amerika Serikat (AS), China, dan Rusia yang meningkat, serta penyerang Iran ke Israel akan semakin menekan harga.

"Sehingga semester I harganya masih akan di atas MYR 4.000 per metrik ton, tetapi di akhir tahun kemungkinan diperkirakan berkisar MYR 3.800 per metrik ton," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi