JAKARTA. Harga minyak sawit mentah dunia atau crude palm oil (CPO) memasuki harga jenuh. Hari ini (9/7) harga kontrak CPO mencapai RM 2.379 per metrik ton paling rendah dibandingkan Maret yang sempat mencapai RM 2.817 per metrik ton. Meski begitu, peluang kenaikan harga CPO diperkirakan masih bisa terjadi. Sebab, kebutuhan CPO dalam negeri kian tinggi di tengah produksi yang terbatas. Bambang S. Ibrahim, Direktur Keuangan PT Jaya Agra Wattie (JAWA) mengatakan, harga CPO sempat turun pada bulan pada April hingga Juni lalu mencapai Rp 7.800 per kilogram (kg). Namun kembali naik pada Juni hingga Juli ini mencapai Rp 9.200 per kg. Namun diakui, Bambang harga jual CPO saat ini bukan harga jual tertinggi. "Pada Maret harga sempat mencapai Rp 9.800 per kg. Namun turun hingga Rp 7.800 per kg kemudian naik lagi hingga Rp 9.200 per kg," imbuh Bambang pada Selasa (8/7). Penurunan harga CPO terjadi karena ketersediaan atau stock CPO sempat melimpah. Sehingga harga jualnya turun. Namun penyerapan biodiesel dalam negeri yang terus meningkat mendorong harga CPO pelan-pelan mulai mendaki. Alhasil, harga CPO kembali naik. Dalam kondisi ini, Bambang memprediksi harga CPO akan bertahan pada harga Rp 9.000 per hingga Rp 9.800 per kg. Sementara Fitch Ratings memprediksi meski harga CPO naik hingga akhir tahun nanti. Namun kenaikan tipis berkisar bertahan di harga US$ 800 per ton. Sebab, permintaan Indonesia untuk CPO untuk dicampur ke dalam biodiesel tidak bertambah begitu jauh pada tahun 2014 dibandingkan dengan 2013. Meskipun peraturan mewajibkan penggunaan minyak sawit di biodiesel positif bagi industri CPO Indonesia dalam jangka panjang. Namun campuran dari CPO menjadi biodiesel terhambat dalam jangka pendek oleh infrastruktur distribusi yang belum berkembang dan tingginya biaya CPO.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga CPO memasuki titik jenuh
JAKARTA. Harga minyak sawit mentah dunia atau crude palm oil (CPO) memasuki harga jenuh. Hari ini (9/7) harga kontrak CPO mencapai RM 2.379 per metrik ton paling rendah dibandingkan Maret yang sempat mencapai RM 2.817 per metrik ton. Meski begitu, peluang kenaikan harga CPO diperkirakan masih bisa terjadi. Sebab, kebutuhan CPO dalam negeri kian tinggi di tengah produksi yang terbatas. Bambang S. Ibrahim, Direktur Keuangan PT Jaya Agra Wattie (JAWA) mengatakan, harga CPO sempat turun pada bulan pada April hingga Juni lalu mencapai Rp 7.800 per kilogram (kg). Namun kembali naik pada Juni hingga Juli ini mencapai Rp 9.200 per kg. Namun diakui, Bambang harga jual CPO saat ini bukan harga jual tertinggi. "Pada Maret harga sempat mencapai Rp 9.800 per kg. Namun turun hingga Rp 7.800 per kg kemudian naik lagi hingga Rp 9.200 per kg," imbuh Bambang pada Selasa (8/7). Penurunan harga CPO terjadi karena ketersediaan atau stock CPO sempat melimpah. Sehingga harga jualnya turun. Namun penyerapan biodiesel dalam negeri yang terus meningkat mendorong harga CPO pelan-pelan mulai mendaki. Alhasil, harga CPO kembali naik. Dalam kondisi ini, Bambang memprediksi harga CPO akan bertahan pada harga Rp 9.000 per hingga Rp 9.800 per kg. Sementara Fitch Ratings memprediksi meski harga CPO naik hingga akhir tahun nanti. Namun kenaikan tipis berkisar bertahan di harga US$ 800 per ton. Sebab, permintaan Indonesia untuk CPO untuk dicampur ke dalam biodiesel tidak bertambah begitu jauh pada tahun 2014 dibandingkan dengan 2013. Meskipun peraturan mewajibkan penggunaan minyak sawit di biodiesel positif bagi industri CPO Indonesia dalam jangka panjang. Namun campuran dari CPO menjadi biodiesel terhambat dalam jangka pendek oleh infrastruktur distribusi yang belum berkembang dan tingginya biaya CPO.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News