JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) terus bergerak naik. Selasa (18/2), harga CPO untuk pengiriman Mei 2014 naik 1,2% dibanding hari sebelumnya menjadi RM 2.714 setara US$ 822,29 per ton. Kenaikan harga CPO ini membawa angin segar bagi emiten sektor perkebunan, termasuk PT BW Plantation Tbk (BWPT). Menurut analis, BWPT memiliki prospek cemerlang di tahun ini. Maklum saja, produksi CPO BWPT tahun ini diperkirakan meningkat. Ini lantaran lahan tertanam milik BWPT sudah mulai matang dan siap panen. Lahan ini sudah ditanami BWPT sejak 2009 silam.
Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Arandi Nugraha menilai, kenaikan harga CPO membuat BWPT berpotensi mendulang laba lebih besar. Sisi positif lain BWPT, menurut Arandi, emiten ini memiliki operating margin yang lebih efisien dibanding produsen CPO lainnya. Isfhan Helmy, analis Sucorinvest Central Gani dalam risetnya, 7 Januari 2014, menuliskan, harga CPO pada tahun ini cenderung meningkat. Ia memprediksi, rata-rata harga CPO tahun ini bisa sebesar US$ 825 per ton. Tahun lalu, rata-rata harga CPO sebesar US$ 780 per ton. Analis Mandiri Sekuritas, Hariyanto Wijaya optimistis, BWPT akan mampu meningkatkan produksi sekitar 20% di tahun ini. Namun, hitungan Isfhan, volume penjualan CPO BWPT masih bisa tumbuh hingga 30% di tahun ini menjadi 210.000 ton. Berdasarkan pernyataan manajemen BWPT, volume produksi tandan buah segar (TBS) naik 17% menjadi 623.000 ton di sepanjang tahun lalu. Namun, perusahaan ini belum mengungkapkan jumlah produksi CPO sepanjang tahun lalu. Hanya saja per September 2013 produksi CPO BWPT mencapai 107.000 ton. Manajemen BWPT juga pernah menyebutkan, pendapatan BWPT di tahun lalu naik 16% menjadi Rp 1,1 triliun. DER menurun Kinerja BWPT berpotensi lebih baik di tahun ini juga karena beban utang emiten ini mulai berkurang. Menurut Arandi, rasio utang terhadap ekuitas perusahaan alias debt to equity ratio (DER) menurun. Ini karena, BWPT telah menjual saham baru di tahun lalu senilai Rp 344 miliar. Dana itu akan digunakan membayar utang jatuh tempo di tahun ini.
Hariyanto menambahkan, dengan posisi DER yang rendah, BWPT bisa kembali menggelar ekspansi, secara organik maupun anorganik. Namun, menurut dia, BWPT masih bisa mengandalkan lahan yang sudah ada untuk ekspansi. Sehingga, kebutuhan belanja modal BWPT di tahun ini bisa sedikit berkurang. BWPT menganggarkan belanja modal tahun ini sebesar Rp 700 miliar. Angka ini jauh lebih kecil dari belanja modal tahun lalu Rp 1 triliun. Dana tersebut akan digunakan menanami lahan tertanam baru dan perawatan tanaman yang sudah ada di areal kebun. Tak hanya itu, BWPT juga akan menambah pabrik kelapa sawit. Arandi dan Hariyanto merekomendasikan buy saham BWPT, masing-masing dengan target harga Rp 1.515 dan Rp 1.750 per saham. Sedangkan Ishfan merekomendasikan hold saham BWPT dengan target harga Rp 1.400. Kamis (20/2), harga BWPT turun 1,48% ke Rp 1.330. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana