Harga CPO membaik, laba emiten kebun naik



JAKARTA. Kinerja emiten perkebunan kelapa sawit makin membaik sepanjang semester satu tahun ini. Produksi mereka kembali meningkat setelah El-Nino berakhir.

Kinerja positif itu berpeluang terus lanjut hingga akhir tahun nanti. Pada paruh kedua 2017, kinerja emiten perkebunan sawit bisa terdorong oleh cuaca yang membaik.

Sejak akhir 2016, harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) terus naik. Sehingga, banyak emiten kebun sawit yang membukukan lonjakan laba bersih. Misalnya, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) yang berhasil mencetak pertumbuhan pendapatan 49,89% year on year (yoy) jadi Rp 1,61 triliun di semester I 2017. SGRO juga berhasil keluar dari jerat kerugian dengan mengantongi laba Rp 174,15 miliar.


SGRO pun optimistis, kinerja positif itu masih bisa mereka pertahankan hingga tutup tahun. "Kinerja di semester dua masih akan didukung produksi yang sudah mulai meningkat per Juli lalu," ujar Michael Kesuma, Investor Relation SGRO, kepada KONTAN, Jumat (4/8). Peningkatan produksi CPO ini akan berlangsung hingga mencapai puncak produksi sepanjang periode September hingga November mendatang.

Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja mengatakan, peningkatan kinerja perusahaan perkebunan sawit tahun ini memang mendapat dukungan dari harga CPO yang sejak kuartal IV 2016 lalu terus menanjak. "Sehingga, seharusnya di kuartal ketiga ini, kinerja emiten perkebunan kelapa sawit masih akan lebih bagus dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu," katanya.

Sejalan SGRO, penjualan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga berhasil naik 34,7% menjadi Rp 8,5 triliun. Sehingga, laba bersihnya melonjak 31,74% jadi Rp 1,04 triliun. Pada kuartal kedua, penjualan AALI naik 21,9% menjadi Rp 4 triliun. Penjualan CPO mereka meningkat 20% dari Rp 2,8 triliun pada kuartal II 2016 jadi Rp 3,4 triliun di kuartal II 2017.

Tapi, harga CPO yang lebih rendah, dari US$ 845 per metrik ton pada Januari menjadi US$ 675 per metrik ton di Juli lalu, turut menekan margin laba kotor AALI selama kuartal II 2017. Hanya, Joni memperkirakan, harga CPO akan kembali stabil di kisaran US$ 700 per metrik ton.

Tak mau kalah, PT PP London Sumatera Tbk (LSIP) mencetak kenaikan penjualan 49,33% yoy menjadi Rp 2,4 triliun. Laba bersihnya bahkan meroket hingga 307,9% jadi Rp 459 miliar. Pada semester I 2017, produksi tandan buah segar (TBS) LSIP tercatat naik 19,7% menjadi 585.576 ton. Produksi CPO juga tumbuh sekitar 17,7% menjadi 180.526 ton.

Potensi oversupply

Cuma, menurut Analis OSO Sekuritas Riska Afriani, kinerja emiten perkebunan sawit pada kuartal III 2017 masih dibayangi risiko kelebihan pasokan atawa oversupply. Ia mengungkapkan, produksi CPO Malaysia yang meningkat selama bulan lalu bisa menjadi penekan harga minyak sawit mentah di kuartal ketiga tahun ini. Sebab, kelebihan pasokan tersebut tidak dapat sokongan peningkatan permintaan dari pasar.

Selain itu, harga minyak kedelai yang masih lebih murah dibanding minyak sawit dan ada potensi pengurangan permintaan CPO dari Eropa, bisa membuat harga komoditas ini di semester II 2017 terkoreksi.

Meski demikian, emiten perkebunan sawit masih bisa menorehkan kinerja lebih baik pada tiga bulan terakhir tahun ini. Karena biasanya, permintaan CPO memang cenderung lebih banyak pada kuartal keempat. Dengan begitu, pada periode ini emiten perkebunan kelapa sawit bisa mengejar target penjualan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini