JAKARTA. Harga minyak sawit alias
crude palm oil (CPO) bergerak menuju RM 3.000 per metrik ton seiring pelemahan ringgit serta kenaikan harga minyak dunia. Kalau tercapai, ini akan jadi rekor tertinggi harga CPO tahun ini. Mengutip Bloomberg, Rabu (23/11), harga CPO kontrak pengiriman Februari 2017 di Malaysia Derivative Exchange menguat 0,84% ke RM 2.954 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, harga CPO menanjak 3,47%. Research and Analyst Monex Investindo Futures Yulia Safrina mengatakan, pelemahan ringgit Malaysia yang cukup signifikan turut mempengaruhi harga CPO. Ringgit melemah di hadapan dollar AS lantaran adanya ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed akhir tahun ini.
"Sentimen di pasar komoditas juga cukup bagus dengan kenaikan harga minyak mentah yang mulai melirik level US$ 50 per barel," ujar Yulia. Biasanya, jika harga minyak naik, harga CPO turun. Analis menilai, jika melihat outlook pergerakan ringgit, harga CPO masih berpotensi terus menguat. Di akhir tahun, ringgit berpotensi tertekan lebih dalam. Apalagi jika data-data ekonomi negeri Paman Sam terus membaik. Malaysian Palm Oil Association juga memprediksi produksi CPO Malaysia periode 1-20 November akan turun 3,6% dibanding periode sama bulan sebelumnya. Berkurangnya produksi akan mendukung tren kenaikan harga. Sayangnya, permintaan juga berkurang. Hal tersebut terlihat dari data Intertek Testing Services, yang menunjukkan ekspor CPO Malaysia di periode 1-20 November turun sekitar 8,2% dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya menjadi 734.800 ton. Kini pelaku pasar menunggu outlook CPO dari Indonesian Palm Oil Conference yang diselenggarakan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) di Bali pekan ini. Gangguan produksi Deddy Yusuf Siregar, Research & Analyst SoeGee Futures, mengatakan, sejauh ini faktor cuaca masih menjadi sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan harga CPO. Curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya bisa mempengaruhi proses panen hingga distribusi. “Sampai pekan ini, curah hujan cukup tinggi dan bisa memicu banjir bandang,” terang dia. Proses panen dan distribusi juga akan terhambat jika terjadi banjir bandang. Alhasil selama periode 1-20 November kemarin, ekspor CPO Malaysia turun. Padahal permintaan CPO relatif stabil, meski jumlahnya tak terlalu tinggi. Dengan dukungan serangkaian sentimen positif tersebut, Deddy melihat ada peluang harga CPO menembus RM 3.000. Diperkirakan akhir tahun nanti harga CPO akan bergerak di rentang RM. 3000–RM 3.050 per metrik ton. Namun ada sentimen negatif yang perlu diwaspadai. Harga minyak sawit akan sulit menembus RM 3.000 per metrik ton jika ekspor CPO turun. “Impor China dan India turun karena lebih memilih minyak kedelai yang harganya lebih murah,” kata Deddy. Yulia menilai, harga CPO sepekan ke depan masih bergerak dalam tren menguat, terutama ditopang dengan pelemahan ringgit. Meskipun potensi koreksi juga terbuka di tengah kenaikan harga yang sudah cukup signifikan. Sementara harga CPO hingga akhir tahun akan tergantung pada pengaruh produksi dan permintaan. Jika efek El Nino mulai hilang dan membuat produksi naik, tentu harga CPO akan tertekan. Proyeksi Yulia, harga CPO akan bergulir di kisaran RM 2.900–RM 3.000 per metrik ton hingga akhir tahun.
Secara teknikal, Deddy melihat harga CPO masih berada di atas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200 yang mendukung harga naik. MACD berada di area positif. RSI yang berada di area 65 dan stochastic di level 55 pun menunjukkan penguatan. Pada Kamis (24/11), Deddy memprediksi, harga CPO akan menguat dan bergerak di kisaran RM 2.890–RM 2.970 per ton. Hingga akhir pekan, harga akan bergerak antara RM 2.870–RM 2.990 per ton. Sedangkan Yulia memperkirakan, harga CPO akan menguat terbatas di kisaran RM 2.910–RM 2.980 per ton hari ini. Sepekan ke depan, harga akan bergerak di kisaran RM 2.920–RM 2.990 pe ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie