KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk menaikkan program mandatory biodiesel menjadi 35% dari sebelumnya 30%. Analis CGS CIMB Sekuritas Ivy NG Lee Fang dan Aji Kurniawan dalam riset 30 Juni 2022 mengatakan, hal ini akan meningkatkan permintaan CPO. CGS CIMB Sekuritas mengestimasi permintaan CPO mencapai 1,5 juta - 1,6 juta ton per tahun untuk kebutuhan biodiesel. Dalam lima bulan di tahun ini, konsumsi biodiesel berbasis kelapa sawit (palm oil) di Indonesia mencapai 3,75 juta kls. Angka ini menurut Ivy sesuai dengan proyeksi CGS CIMB Sekuritas sepanjang tahun ini di 10,1 juta kls. Baca Juga: Ekspansi Pabrik, Sumber Tani Agung Resources (STAA) Alokasikan Capex Rp 482 Miliar
Emiten perkebunan tengah menghadapi penurunan 40% harga CPO di Indonesia. Ini disebabkan penurunan harga CPO Internasional karena kekhawatiran meningkatnya suplai ekspor dari Indonesia serta meningkatnya risiko resesi di Amerika Serikat. Tak hanya itu, penerapan pajak tambahan untuk ekspor khusus sebesar US$ 200 per ton sebagai pembebasan Domestic Market Obligation (DMO) tampaknya sebagai tercermin pada harga CPO Indonesia. Selain itu, penerbitan izin ekspor sejak larangan ekspor dicabut pada 28 April hingga 23 Mei berjalan lambat. Per 28 Juni, pemerintah telah mengeluarkan izin untuk ekspor minyak sawit sebanyak 1,89 juta ton relatif rendah dibanding rata-rata volume ekspor minyak sawit bulanan Indonesia tahun 2021 sebesar 2,85 juta ton. Meskipun demikian, Ivy percaya kondisi ini tidak akan berdampak berdampak signifikan ke harga CPO secara jangka pendek karena mungkin membutuhkan waktu untuk bisa menaikkan program mandataroy biodiesel yang lebih tinggi. "Kami maintain forecast rata-rata harga CPO kami di RM 5.600 per ton di tahun 2022 dan RM 3.800 per ton di tahun 2023," terang dia.