JAKARTA. CPO alias crude palm oil mulai merangkak naik pasca kejatuhan dalam. Sederet sentimen positif berdatangan dan mendukung kenaikan harga lebih lanjut.Mengutip Bloomberg, Selasa (24/6) pukul 15.30, kontrak pengiriman CPO bulan September 2014 di Malaysia Derivatives Exchange (MDE) berada di level RM 2.476 per metrik ton. Harga naik 1,7% dalam sepekan. CPO mulai naik bertahap setelah menyentuh level terendah pada 11 Juni 2014 di level RM 2.377 per metrik ton.Ariston Tjendra, Head of Research and Analysis Division PT Monex Investindo Futures mengatakan, harga CPO rebound setelah terkoreksi dalam. Saat ini CPO mencoba menuju level resistance kuat di level RM 2.500 per metrik ton. Terkereknya harga CPO tak terlepas dari positifnya data manufaktur PMI China bulan Juni 2014 yang membukukan angka 50,8. Angka diatas 50 menunjukkan bahwa China ekspansi.“China merupakan salah satu importir CPO. Tumbuhnya perekonomian China diharapkan dapat meningkatkan permintaan CPO,” jelas Ariston.Selanjutnya, harga akan bergantung pada rilis data ekspor CPO Malaysia periode 1-20 Juni 2014. Pelaku pasar khawatir ekspor CPO Malaysia mengalami penurunan. Sebab, mata uang ringgit sedang menguat. Ini menyebabkan harga CPO menjadi mahal dan kurang menarik. Akibatnya, permintaan bisa tergerus.Ariston bilang, harga CPO masih berpeluang menguat dalam jangka pendek. Selain ditopang oleh data China, kekhawatiran badai El Nino yang diperkirakan akan melanda pada bulan Juli 2014 juga turut mengerek harga CPO. Dampak El Nino akan menghambat produksi, sehingga harga melambung.Ke depannya, sambung Ariston, harga CPO akan bergantung pada harga minyak dunia. Apabila harga minyak terjaga di level US$ 106-US$ 107 per barel, maka harga CPO dapat bertahan di level RM 2.500 per metrik ton. Pelaku pasar juga akan mencermati perkembangan data China. Positifnya data China menahan kejatuhan harga CPO. Selain itu, nilai tukar ringgit turut mempengaruhi laju CPO. Semakin menguatnya ringgit maka CPO akan tergerus.Dian Agustina, analis MNC Securities menambahkan, tren harga CPO mulai berbalik arah menguat. Kondisi ini dipengaruhi bulan Ramandhan yang akan segera datang. Umumnya, permintaan terhadap produk turunan CPO seperti minyak akan meningkat selama Ramadhan dan Hari Raya Lebaran. Selanjutnya, nasib CPO ditentukan oleh kebijakan pemerintah terkait pajak bea keluar.“Apabila pemerintah menaikkan bea keluar maka harga CPO akan mahal. Ini dikhawatirkan menyusutkan permintaan,” ujar Dian.Secara teknikal, Ariston menilai masih ada peluang naik untuk jangka pendek. Namun, tekanan masih menyelimuti CPO untuk jangka menengah. Harga berada di bawah moving average 50, 200 dan 100. Moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif di bawah nol. Namun garis MACD sudah berada di atas garis sinyal. Ini menunjukkan penguatan jangka pendek. Stochastic baru memasuki area jenuh beli (overbought) di level 83%. Stochastic masih terbuka ruang penguatan lanjutan. Sementara relative strength index (RSI) berada di level 60,5%.Ariston memprediksi harga CPO sepekan mendatang berkisar antara RM 2.430-RM 2.580 per metrik ton. Sementara Dian menduga CPO bergerak di level RM 2.450-RM 2.485 per metrik ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga CPO mulai merangkak naik
JAKARTA. CPO alias crude palm oil mulai merangkak naik pasca kejatuhan dalam. Sederet sentimen positif berdatangan dan mendukung kenaikan harga lebih lanjut.Mengutip Bloomberg, Selasa (24/6) pukul 15.30, kontrak pengiriman CPO bulan September 2014 di Malaysia Derivatives Exchange (MDE) berada di level RM 2.476 per metrik ton. Harga naik 1,7% dalam sepekan. CPO mulai naik bertahap setelah menyentuh level terendah pada 11 Juni 2014 di level RM 2.377 per metrik ton.Ariston Tjendra, Head of Research and Analysis Division PT Monex Investindo Futures mengatakan, harga CPO rebound setelah terkoreksi dalam. Saat ini CPO mencoba menuju level resistance kuat di level RM 2.500 per metrik ton. Terkereknya harga CPO tak terlepas dari positifnya data manufaktur PMI China bulan Juni 2014 yang membukukan angka 50,8. Angka diatas 50 menunjukkan bahwa China ekspansi.“China merupakan salah satu importir CPO. Tumbuhnya perekonomian China diharapkan dapat meningkatkan permintaan CPO,” jelas Ariston.Selanjutnya, harga akan bergantung pada rilis data ekspor CPO Malaysia periode 1-20 Juni 2014. Pelaku pasar khawatir ekspor CPO Malaysia mengalami penurunan. Sebab, mata uang ringgit sedang menguat. Ini menyebabkan harga CPO menjadi mahal dan kurang menarik. Akibatnya, permintaan bisa tergerus.Ariston bilang, harga CPO masih berpeluang menguat dalam jangka pendek. Selain ditopang oleh data China, kekhawatiran badai El Nino yang diperkirakan akan melanda pada bulan Juli 2014 juga turut mengerek harga CPO. Dampak El Nino akan menghambat produksi, sehingga harga melambung.Ke depannya, sambung Ariston, harga CPO akan bergantung pada harga minyak dunia. Apabila harga minyak terjaga di level US$ 106-US$ 107 per barel, maka harga CPO dapat bertahan di level RM 2.500 per metrik ton. Pelaku pasar juga akan mencermati perkembangan data China. Positifnya data China menahan kejatuhan harga CPO. Selain itu, nilai tukar ringgit turut mempengaruhi laju CPO. Semakin menguatnya ringgit maka CPO akan tergerus.Dian Agustina, analis MNC Securities menambahkan, tren harga CPO mulai berbalik arah menguat. Kondisi ini dipengaruhi bulan Ramandhan yang akan segera datang. Umumnya, permintaan terhadap produk turunan CPO seperti minyak akan meningkat selama Ramadhan dan Hari Raya Lebaran. Selanjutnya, nasib CPO ditentukan oleh kebijakan pemerintah terkait pajak bea keluar.“Apabila pemerintah menaikkan bea keluar maka harga CPO akan mahal. Ini dikhawatirkan menyusutkan permintaan,” ujar Dian.Secara teknikal, Ariston menilai masih ada peluang naik untuk jangka pendek. Namun, tekanan masih menyelimuti CPO untuk jangka menengah. Harga berada di bawah moving average 50, 200 dan 100. Moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif di bawah nol. Namun garis MACD sudah berada di atas garis sinyal. Ini menunjukkan penguatan jangka pendek. Stochastic baru memasuki area jenuh beli (overbought) di level 83%. Stochastic masih terbuka ruang penguatan lanjutan. Sementara relative strength index (RSI) berada di level 60,5%.Ariston memprediksi harga CPO sepekan mendatang berkisar antara RM 2.430-RM 2.580 per metrik ton. Sementara Dian menduga CPO bergerak di level RM 2.450-RM 2.485 per metrik ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News