Harga CPO Naik, Nusantara Sawit (NSSS) Proyeksikan Pertumbuhan Kinerja



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Nusantara Sawit Tbk (NSSS) memproyeksikan pertumbuhan kinerja akibat sengatan kenaikan harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO).

Direktur NSSS Kurniadi Patriawan melihat tren kenaikan harga CPO masih akan terjadi di tahun 2025. 

Asal tahu saja, melansir Trading Economics, harga CPO saat ini ada di level MYR 5.118 per ton, Senin (16/12). Angka itu sudah naik 4,07% sebulan terakhir dan meroket 37,54% sejak awal tahun alias year to date (YTD).


Harga tersebut diperkirakan tak akan jauh berbeda di tahun depan. Meskipun begitu, NSSS memproyeksikan harga CPO global mungkin tak akan bergerak di atas MYR 5.000 per ton di tahun depan.

“Untuk mencapai MYR 5.000 per ton lagi sepertinya agak sulit. Namun, mungkin ada di kisaran MYR 4.000 - MYR 5.000 per ton akan tercapai,” ujar Kurniadi dalam Public Expose NSSS, Senin (16/12).

Baca Juga: Harga CPO Berfluktuasi, Simak Rekomendasi Saham Emiten Sawit Berikut

Per kuartal III 2024, harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) CPO sebesar Rp 12.132 per kilogram (kg). ASP palm kernel (PK) sebesar Rp 7.085 per kg hingga akhir September 2024.

Meskipun belum menyebutkan proyeksi ASP CPO, PK, dan tandan buah segar (TBS) di akhir tahun 2024 dan tahun 2025, tetapi diperkirakan harga referensi saat ini tak akan berubah banyak di tahun depan.

Sebagai gambaran, NSSS mencatatkan produksi TBS sebesar 334.216 ton dan produksi CPO 74.314 ton per September 2024.

Optimisme untuk peningkatan penjualan juga disampaikan perseroan. Sayangnya, NSSS juga belum menyebutkan berapa pertumbuhan penjualan di tahun depan. Sebagai gambaran, penjualan NSSS sebesar 955 miliar per kuartal III 2024.

“Kami belum menghitung proyeksi target produksi dan penjualan, tetapi kami optimistis ada peningkatan di akhir tahun 2024 dan di 2025. Sebab, kondisi cuaca juga sudah stabil hingga tahun depan,” kata Kurniadi.

Di sisi lain, NSSS juga menyambut baik fokus pemerintah dalam mengembangkan B40 di tahun 2025 lantaran bisa membantu memberdayakan sumber daya alam Tanah Air. Program B40 dinilai juga bisa mengurangi beban negara untuk impor bahan bakar fosil.

“Dengan menggunakan energi baru terbarukan (EBT), Indonesia bisa berkontribusi untuk program global untuk lebih ramah lingkungan,” ujar Kurniadi.

Baca Juga: Samuel Tumbuh Bersama Divestasi 44 Juta Saham di Nusantara Sawit (NSSS)

Menurut Kurniadi, NSSS sudah berkontribusi untuk program B40 karena beberapa pembeli CPO dari perseroan sudah memiliki program biodiesel.

“Mereka juga merupakan perusahaan-perusahaan yang memiliki refinery. Sehingga, bahan-bahan produk kami pun juga ada yang sebagian dipergunakan untuk biodiesel, meskipun bukan mayoritas,” imbuhnya.

 
NSSS Chart by TradingView

Selanjutnya: Prabowo Lantik Ketua Harian dan Sekretaris Dewan Pertahanan Nasional

Menarik Dibaca: IHSG Belum Bertenaga, Ini Ulasan Kinerja IHSG di Sepanjang Tahun Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat