Harga CPO rontok dipicu penurunan ekspor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) rontok ke level terendah setidaknya dalam enam bulan terakhir. Penurunan ekspor minyak sawit Malaysia dan rendahnya permintaan di tengarai masih membebani pergerakan harga.

Mengutip Bloomberg, Kamis (14/12) pukul 13.00 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Februari 2018 di Malaysia Derivatives Exchange tercatat turun 0,90% ke level RM 2.436 atau setara US$ 597,21 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Ini harga terendah setidaknya sejak Agustus lalu.

Sedangkan, jika dibandingkan sepekan sebelumnya harganya telah rontok 2,64%.


Faiysal, analis PT Monex Investindo Futures mengatakan, harga CPO masih berpotensi melemah karena beberapa sentimen negatif seperti anjloknya ekspor minyak sawit Malaysia, pelemahan harga minyak kedelai dan menguatnya mata uang ringgit.

“Penurunan ketujuh dari delapan sesi terakhir pada perdagangan kemarin, disebabkan oleh investor yang mempertimbangkan rendahnya ekspor,” kata Faisyal, Kamis (14/12).

Societe Generale de Surveillance melaporkan, ekspor periode 1-10 Desember turun 22,9% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara Intertek Testing Services melaporkan penurunan sebesar 16,6% untuk periode yang sama.

CPO juga terseret pelemahan minyak kedelai, sebagai produk subsitusi. Kemarin, kontrak minyak kedelai bulan Januari di Chicago Board of Trade ditutup melemah 0,20%. Di Dalian Commodity Exchange, harga minyak kedelai juga berakhir turun 0,20%.

Sedangkan, ringgit Malaysia menguat 0,21% ke level RM 4,0787 per dollar Amerika Serikat (AS) pada Kamis. Penguatan ringgit menyebabkan harga minyak sawit menjadi lebih mahal untuk pemilik mata uang lainnya.

Di lain pihak Joelianto, trader PT Sinarmas Agro Resources and Technology seperti dilansir Bloomberg, Kamis, mengungkapkan, saat ini pasar tengah tertekan ekspektasi melemahnya permintaan di bulan Desember. Menurutnya, pembelian musiman telah berlalu dan China sampai saat ini juga belum meningkatkan impornya untuk tahun baru Imlek.

“Persediaan di Malaysia bisa naik lagi bulan ini,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini