KUALA LUMPUR. Harga kontrak minyak sawit atau crude palm oil (CPO) naik ke level yang paling tinggi dalam lebih dari dua minggu terakhir ini. Kontrak minyak sawit untuk pengiriman November naik 0,9% menjadi 2.594 ringgit per metrik ton dan diperdagangkan di level 2.588 ringgit per metrik ton di Malaysia Derivatives Exchange pada pukul 10.35 waktu Kuala Lumpur. Level tersebut merupakan yang paling tinggi sejak 19 Agustus 2010 lalu. Pertengahan bulan Agustus 2010 lalu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan produksi CPO di Indonesia kemungkinan anjlok sebesar 10% tahun ini setelah musim hujan yang turun lebih lama dari biasanya menggerojok dan mengganggu panenan. Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia ini kemungkinan hanya akan memproduksi 19-20 juta ton, turun dari 21 juta ton pada tahun 2009. Padahal, awalnya tahun ini pemerintah mematok produksi kelapa sawit mencapai 23,3 juta ton. Menyusutnya suplai CPO ini kemungkinan akan mengerek harga CPO di pasar dunia yang telah melonjak sebesar 18% dari level terendahnya pada 7 Juli 2010 lalu. Apalagi, bukan hanya Indonesia yang curah hujannya tinggi; tapi juga Malaysia. Padahal, permintaan CPO dari sejumlah negara di Asia seperti China dan India akan mengglembung seiring dengan perayaan hari besar pada bulan September mendatang. "Curah hujan yang tinggi terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Sumatra dan Kalimantan, kemungkinan akan menggiring produksi menjadi lebih rendah dari yang diperkirakan semula," kata Susanto, Kepala Bidang Pemasaran Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki). Ekspor CPO Indonesia kemungkinan akan sebesar 16 juta ton pada 2010 ini, lebih rendah dari target yang dipatok semula sebesar 18 juta ton. Sepanjang semester pertama tahun ini, Indonesia sudah mengekspor 6,8 juta ton; turun 7,1% dari periode yang sama tahun lalu.
Harga CPO sentuh level tertinggi dalam dua minggu
KUALA LUMPUR. Harga kontrak minyak sawit atau crude palm oil (CPO) naik ke level yang paling tinggi dalam lebih dari dua minggu terakhir ini. Kontrak minyak sawit untuk pengiriman November naik 0,9% menjadi 2.594 ringgit per metrik ton dan diperdagangkan di level 2.588 ringgit per metrik ton di Malaysia Derivatives Exchange pada pukul 10.35 waktu Kuala Lumpur. Level tersebut merupakan yang paling tinggi sejak 19 Agustus 2010 lalu. Pertengahan bulan Agustus 2010 lalu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan produksi CPO di Indonesia kemungkinan anjlok sebesar 10% tahun ini setelah musim hujan yang turun lebih lama dari biasanya menggerojok dan mengganggu panenan. Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia ini kemungkinan hanya akan memproduksi 19-20 juta ton, turun dari 21 juta ton pada tahun 2009. Padahal, awalnya tahun ini pemerintah mematok produksi kelapa sawit mencapai 23,3 juta ton. Menyusutnya suplai CPO ini kemungkinan akan mengerek harga CPO di pasar dunia yang telah melonjak sebesar 18% dari level terendahnya pada 7 Juli 2010 lalu. Apalagi, bukan hanya Indonesia yang curah hujannya tinggi; tapi juga Malaysia. Padahal, permintaan CPO dari sejumlah negara di Asia seperti China dan India akan mengglembung seiring dengan perayaan hari besar pada bulan September mendatang. "Curah hujan yang tinggi terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Sumatra dan Kalimantan, kemungkinan akan menggiring produksi menjadi lebih rendah dari yang diperkirakan semula," kata Susanto, Kepala Bidang Pemasaran Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki). Ekspor CPO Indonesia kemungkinan akan sebesar 16 juta ton pada 2010 ini, lebih rendah dari target yang dipatok semula sebesar 18 juta ton. Sepanjang semester pertama tahun ini, Indonesia sudah mengekspor 6,8 juta ton; turun 7,1% dari periode yang sama tahun lalu.