Harga CPO terancam peningkatan suplai kedelai



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) karena sentimen musiman Ramadan, diperkirakan hanya akan berlangsung dalam jangka pendek. Harga CPO berpotensi konsolidasi.

Mengutip Bloomberg, Rabu (23/5) sore, harga CPO untuk pengiriman Agustus 2018 di Malaysia Derivatives Exchange turun tipis 0,16% menjadi RM 2.473 per metrik ton. Sebelumnya, Selasa (22/5), harga CPO melonjak 1,27% menjadi RM 2.477 per metrik ton. Sepekan, harganya bahkan sudah menanjak 2,44%.

Analis PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar memperkirakan, kenaikan harga CPO hanya akan terjadi dalam jangka pendek.


Salah satu faktor yang bisa menekan harga CPO adalah berkurangnya permintaan dari China. Ia menilai, Tiongkok berpotensi meningkatkan impor kedelai dari Amerika Serikat sebanyak 40 juta ton hingga 50 juta ton per tahun. Angka ini berbeda jauh dari permintaan China terhadap CPO Indonesia yang hanya 500.000 ton.

Sementara, meski produksi CPO di negara Asia Tenggara menurun, tetapi, Deddy melihat jumlah produksi sebanyak 1,56 juta ton menjadi level produksi tertinggi sejak April 2015. Produksi yang tidak seimbang dengan permintaan tampaknya akan membebani laju kenaikan harga CPO ke depan.

Di Malaysia, Deddy menyebut produksi CPO tahun ini bisa mencapai 25 juta ton lebih banyak dari tahun sebelumnya yaitu 18 juta ton saja. Demikian pula Indonesia, tahun ini berpotensi menambah produksi CPO menjadi 38 juta ton dibandingkan produksi tahun lalu yang sebesar 32 juta ton.

"Hingga kini cuaca mendukung perkebunan CPO di Malaysia dan Indonesia untuk mencapai target produksi mereka," kata Deddy, Rabu (23/5).

Setelah sentimen musiman Ramadan usai, Deddy memproyeksikan, harga CPO akan kembali masuk area konsolidasi. Apalagi kini India menerapkan tarif impor CPO. Ini jadi sentimen negatif karena permintaan CPO dari India bisa berkurang.

Harga CPO bisa kembali lesu, lantaran diproyeksikan ekspor CPO Malaysia berkurang. "Ini masih spekulasi, berdasarkan hasil survey yang ada, ekspor CPO Malaysia di April 2018 turun 18%," kata Deddy. Artinya, permintaan CPO berkurang.

Permintaan CPO berpotensi menurun, karena AS dan Argentina terus memperluas lahan kedelai. Hal ini membuat produksi kedelai bisa semakin membanjir dan membuat harga kedeali lebih rendah dari CPO. Sementara, China diproyeksikan akan menambah permintaan kedelai dari AS.

Namun, analis Monex Investindo Futures Faisyal memiliki pendapat berbeda. Secara jangka panjang, harga CPO masih bisa bergerak naik. Kuncinya ada di harga kedelai yang juga naik. "Jika kesepakatan dagang AS dan China mengenai pertanian kedelai tercapai maka ini bisa mengerek harga minyak sawit lebih lanjut," katanya.

Deddy menganalisis, secara teknikal, saat ini harga CPO bergulir di atas MA 50. Namun, masih berada di bawah MA 100 dan 200. Artinya, kenaikan saat ini berlaku dalam jangka pendek. Stochastic berada di area overbought di level 83 dan mengindikasikan ada potensi koreksi. RSI berada di area 54 mengindikasikan ada peluang menguat. MACD berada diarea negatif.

Dengan demikian, Deddy merekomendasikan wait and see atau konsolidasi. Namun, tetap ada ruang untuk naik dalam rentang terbatas. Prediksinya, Kamis (24/5), harga CPO bergerak di kisaran RM 2.440-RM 2.475 per metrik ton. Sepekan, harganya bergulir antara RM 2.430 hingga RM 2.490.

Sementara, Faisyal memproyeksikan, besok, harga CPO bergerak di rentang RM 2.390-RM 2.430. Sedangkan, sepekan antara RM 2.370-RM2.450 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini