BANGKOK. Harga kontrak crude palm oil (CPO) menurun untuk hari ketiga. Bahkan penurunannya mencapai yang terbesar dalam dua pekan terakhir. Berdasarkan data Bloomberg, harga kontrak CPO untuk pengantaran Februari turun sebesar 1,1% menjadi 2.367 ringgit atau US$ 776 per metrik ton di Malaysia Derivatives Exchange. Ini merupakan level terendah sejak 14 November lalu. Pada sesi pertama, harga kontrak CPO ditutup pada posisi 2.372 ringgit. Penurunan harga CPO disebabkan oleh kecemasan investor mengenai lonjakan cadangan di Indonesia dan Malaysia. Kondisi ini akan semakin memperlemah tingkat permintaan konsumen. Data Kementrian Pertanian Indonesia memprediksi, tingkat produksi CPO di Indonesia akan naik 8% menjadi 28 juta ton pada tahun yang dimulai 1 Oktober. Sementara di Malaysia, cadangan CPO Indonesia sempat mencapai rekor tertinggi pada Oktober lalu mencapai 2,51 juta ton. "Faktor bearish untuk CPO adalah tingginya cadangan CPO di Malaysia dan Indonesia. Dibutuhkan waktu lima hingga enam bulan untuk mengurangi cadangan dan dipangkasnya harga CPO lebih dalam untuk menarik pembeli," jelas Chandran Sinnasamy, trading head LT International Futures Sdn di Kuala Lumpur. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga CPO tergerus isu cadangan yang membludak
BANGKOK. Harga kontrak crude palm oil (CPO) menurun untuk hari ketiga. Bahkan penurunannya mencapai yang terbesar dalam dua pekan terakhir. Berdasarkan data Bloomberg, harga kontrak CPO untuk pengantaran Februari turun sebesar 1,1% menjadi 2.367 ringgit atau US$ 776 per metrik ton di Malaysia Derivatives Exchange. Ini merupakan level terendah sejak 14 November lalu. Pada sesi pertama, harga kontrak CPO ditutup pada posisi 2.372 ringgit. Penurunan harga CPO disebabkan oleh kecemasan investor mengenai lonjakan cadangan di Indonesia dan Malaysia. Kondisi ini akan semakin memperlemah tingkat permintaan konsumen. Data Kementrian Pertanian Indonesia memprediksi, tingkat produksi CPO di Indonesia akan naik 8% menjadi 28 juta ton pada tahun yang dimulai 1 Oktober. Sementara di Malaysia, cadangan CPO Indonesia sempat mencapai rekor tertinggi pada Oktober lalu mencapai 2,51 juta ton. "Faktor bearish untuk CPO adalah tingginya cadangan CPO di Malaysia dan Indonesia. Dibutuhkan waktu lima hingga enam bulan untuk mengurangi cadangan dan dipangkasnya harga CPO lebih dalam untuk menarik pembeli," jelas Chandran Sinnasamy, trading head LT International Futures Sdn di Kuala Lumpur. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News