Harga CPO tertekan jumlah ekspor dan persediaan



JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) tertekan. Dalam dua hari terakhir, harga CPO kembali bergerak di kisaran harga RM 2.500-an per ton setelah tiga minggu sebelumnya berada di atas level RM 2.600-an per ton. Ekspor CPO dari Malaysia yang turun di awal Desember 2013 telah menekan harga komoditas ini.

Harga CPO untuk kontrak pengiriman Februari 2014 di Bursa Derivatif Malaysia, Senin (16/12) pukul 17.00 WIB, naik tipis 0,39% menjadi RM 2.572 per ton dibanding Jumat (13/12). Dalam sepekan, harga CPO telah terkoreksi 2,75%.

Berdasarkan data Surveyor Intertek, selama 15 hari pertama di Desember, ekspor CPO Malaysia hanya mencapai 640.240 ton atau lebih rendah 14% jika dibandingkan dengan ekspor CPO pada periode sama November lalu. Tan Chee Tat, analis Philip Futures Pte., mengatakan, harga CPO yang beberapa waktu belakangan menguat, telah meredam permintaan CPO. "Ini membuat harga CPO cenderung kembali turun," kata dia kepada Bloomberg.


Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri mengatakan, tekanan lain harga CPO juga datang dari tingkat persediaan CPO di Indonesia dan Malaysia yang sampai saat ini masih tinggi. Berdasarkan data dari Dewan Sawit Malaysia, setidaknya sampai dengan akhir November 2013, tingkat pasokan CPO di Malaysia mencapai 1,98 juta ton atau naik 7,2% jika dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara itu, Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures menambahkan, tingginya curah hujan di dua produsen CPO terbesar dunia; Indonesia dan Malaysia sampai beberapa waktu ke depan, diperkirakan akan mengganggu produksi CPO di dua negara tersebut. Gangguan produksi tersebut kemungkinan besar akan kembali menaikkan atau paling tidak meredam kejatuhan harga CPO.

Ariston memperkirakan, dalam sepekan ke depan, pelemahan harga CPO kemungkinan akan lebih terbatas. Secara teknikal, potensi ini bisa dibaca dari pergerakan stochastic pada grafik mingguan harga CPO yang sudah berada di level jenuh beli 78 dan mulai bergerak ke bawah.  Indikator relative strength index (RSI)  selama beberapa bulan ini garis trennya  membentuk pola pelemahan, juga menunjukkan bahwa harga CPO akan tertekan.

Tekanan lain juga datang dari pergerakan harga yang selama empat minggu belakangan ini gagal menembus moving average (MA) 100 di harga RM 2.700 per ton. Sementara itu, indikator moving average convergence (MACD) berada di area positif dan masih menunjukkan sinyal kenaikan, akan menahan pelemahan harga CPO.

Ariston memperkirakan, sepekan ke depan, harga CPO akan terkoreksi terbatas di kisaran RM 2.400-RM 2.630 per ton. Sedangkan, Kiswoyo memperkirakan, sepekan ke depan, harga CPO akan menguat tipis di kisaran RM 2.600-RM 2.675 per  ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini