Harga CPO topang kinerja Austindo



JAKARTA. Dampak kemarau panjang atau El Nino yang terjadi tahun 2015 lalu benar-benar dirasakan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ). Pasalnya, sepanjang tahun 2016 lalu, produksi minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) emiten dengan kode ANJT ini turun 8,1% dibandingkan tahun 2015 menjadi 177.273 ton.

Selain produksi, penjualan CPO perusahaan pada tahun 2016 juga turun 8,44% dibandingkan tahun 2015 llau menjadi 177.850 ton. Untungnya kenaikan harga CPO di tahun 2016 lalu membuat penurunan produksi dan penjualan tersebut tak berdampak pada pendapatan perusahaan.

Terbukti, sepanjang tahun lalu, perusahaan itu berhasil mencetak pendapatan sebesar US$ 134,4 juta atau setara Rp 1,78 triliun. Jumlah ini meningkat sekitar 6,7% dibandingkan pendapatan 2015 yang hanya US$ 125,99 juta atau setara Rp 1,66 triliun.


Kenaikan pendapatan ini membuat laba bersih perusahaan di tahun lalu naik 9,69% dibandingkan tahun 2015 menjadi US$ 9,19 juta atau setara Rp 122,41 miliar. "Tahun lalu begitu menjanjikan bagi kami. Perusahaan memperoleh manfaat dari kenaikan harga jual CPO, meski produksi kami turun karena dampak El Nino 2015," terang Lucas Kurniawan, Direktur Keuangan ANJ kepada KONTAN, Selasa (21/3).

Perusahaan sawit ini mencatat jumlah produksi Tandan Buah Segar (TBS) tahun 2016 sebanyak 663.399 metrik ton (MT). Jumlah ini menurun sekitar 12,3% dibanding tahun 2015. Penurunan ini tampak pada turunnya produksi kebun milik perkebunan Belitung yang mencapai 34,45%. Meskipun, produksi TBS di kebun milik perusahaan di Kalimantan Barat yang tak terkena dampak El Nino karena meningkat 87,29%, namun penurunan total produksi tak bisa dihindari.

Produksi sagu berjalan

Makanya, seiring dengan berlalunya efek El Nino sehingga produksi bisa kembali normal, ANJ pun memasang target peningkatan produksi yang cukup tinggi tahun ini.

Nunik Maharani Maulana, Head Corporate Communication ANJ menyatakan pada tahun 2017 ini target produksi CPO perusahaan mencapai 213.082 ton atau naik 20,19% dibandingkan realisasi produksi CPO tahun lalu.

Nunik menambahkan bahwa hambatan soal isu deforestasi yang berpotensi melemahkan penjualan CPO tahun ini akan coba diatasi perusahaan. Menurutnya, saat ini perusahaan telah memiliki kebijakan keberlanjutan. Hal ini dibuktikan dengan tiga kebun sawit milik perusahaan di Sumatra, yakni dua di Sumatra Utara dan satu di Belitung, telah mengantongi sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). "Kami melakukan pengembangan kebun kelapa sawit di luar lahan gambut dan lahan basah, serta tidak ada pembakaran untuk pembukaan lahan (zero burning policy)," ungkap Nunik.

Selain itu, pada bulan Desember 2016, ANJ membuka lajur (line) pertama Pabrik Kelapa Sawit di Kalimantan Barat. Pabrik tersebut dirancang dengan kapasitas dua lajur, masing-masing berkapasitas produksi 45 ton per jam.

Tak hanya pabrik baru, ANJ juga telah merambah sektor sagu pada 2016. Pabrik sagu tersebut dikelola oleh anak usaha ANJ, yakni PT ANJ Agri Papua (Anjap). ANJ berinvestasi sebesar US$ 42 juta untuk membangunnya. "Produksi komersial pabrik sagu sudah mulai kuartal pertama tahun ini. Kapasitasnya sekitar 1.250 ton per bulan. Harapannya, produksi itu bisa ditingkatkan jadi 2.500 ton per bulan," terang Lucas.

Lucas mengatakan bahwa ANJ telah menyiapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan produksi. Strategi tersebut seperti memelihara dan menambah infrastruktur di sekitar areal kebun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini