KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit
crude palm oil (CPO) tengah mengalami tren penurunan. Melansir Trading Economics, Senin (22/5) pukul 17.03 WIB, harga CPO turun 1,09% ke MYR 3.445 per ton. Secara mingguan, CPO sudah turun 5,78% dan melemah 6,27% selama sebulan terakhir. Hal itu pun berimbas pada kinerja sejumlah emiten CPO. Misalnya, PT Astra Agro Lestari (AALI) yang mencatatkan penurunan kinerja pada kuartal I 2023. Mengutip laporan keuangan, AALI membukukan pendapatan bersih senilai Rp 4,76 triliun, turun 27,66% dibandingkan raihan kuartal I 2022 senilai Rp 6,48 triliun. AALI meraih laba bersih sebesar Rp 224,72 miliar di kuartal I 2023, turun 53,51% dibandingkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan di kuartal I 2022 senilai Rp 483,45 miliar.
Ada juga, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencatat laba periode berjalan Rp 305,8 miliar di kuartal I-2023. Raihan itu menurun 66% dari Rp 903,4 miliar pada kuartal I-2022.
Baca Juga: Kinerja AKRA Tersokong Penjualan Lahan Industri, Simak Rekomendasi Sahamnya Berdasarkan laporan keuangan TAPG, pendapatan perusahaan itu juga menurun 12,09%
year on year (YoY) menjadi Rp 1,92 triliun dibandingkan periode sama tahun 2022 sebesar Rp 2,19 triliun.
Corporate Secretary TAPG Joni Tjeng mengatakan, harga CPO di kuartal I 2023 mengalami koreksi seiring dengan pergerakan harga komoditas global Menurut Joni, emiten CPO pasti akan merasakan dampak dari fluktuasi harga tersebut. Namun, jika dilihat dalam 5 tahun terakhir, harga CPO dilihat Joni masih berada di level yang cukup tinggi. “Produksi TAPG juga diperkirakan akan tetap tumbuh mengingat umur tanaman yang berada pada umur prima,” ujarnya kepada Kontan, Senin (22/5). Joni melihat, bursa CPO yang dicanangkan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) akan sangat ideal jika berhasil dibuat di Tanah Air, mengingat Indonesia merupakan eksportir terbesar CPO di dunia. Namun, CPO sendiri merupakan
global commodity. Sehingga,
demand dan
supply global, serta pergerakan harga minyak nabati lainnya juga akan mempengaruhi harga CPO. “Bursa tersebut tentu akan berdampak bagi TAPG, namun tidak akan secara langsung. Sebab, fokus penjualan TAPG hingga saat ini masih pada sektor domestik,” tutur Joni. Joni mengatakan, iklim pada tahun 2023 diperkirakan bergerak ke netral. El Nino akan sedikit banyak mempengaruhi produktivitas tanaman sawit, sehingga harga CPO dipekirakan akan mengalami sedikit penurunan seiring pergerakan harga komoditas global. Meskipun tidak menyebutkan angka, tetapi Joni optimistis TAPG dapat berkinerja baik di tahun 2023.
Baca Juga: Harga Komoditas Turun, Simak Rekomendasi Saham Emiten Produsen Mineral Berikut “Sebab, TAPG justru mengalami kenaikan produktivitas dari anak-anak perusahaan, setelah melewati masa
recovery tanaman dan
control cost,” katanya.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, kinerja emiten CPO mengalami perlambatan dari sisi
bottom line disebabkan oleh fluktuasi harga di pasar CPO dunia akibat gangguan cuaca. “Gangguan cuaca mempengaruhi produktivitas tanaman sawit. Tahun lalu, gangguan iklim disebabkan oleh La Nina, sementara saat ini disebabkan oleh El Nino,” ujarnya kepada Kontan, Senin (22/5).
Editor: Tendi Mahadi