KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga
crude palm oil (CPO) turun dalam sebulan terakhir. Harga CPO di Bursa Malaysia berada di RM 3.367 per ton pada Jumat (9/6). Harga CPO turun 0,41% selama seminggu dan melemah 9,22% dalam sebulan terakhir. Communication dan Investor Relations Manager PT Astra Agro Lestari (
AALI) Fenny Sofyan mengatakan, penurunan harga sawit diperkirakan masih akan
volatile di sepanjang tahun 2023. “Hal itu disebabkan oleh pengaruh
supply and
demand global di tahun ini,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Jumat (9/6).
Fenny mengatakan, fluktuasi harga CPO itu mempengaruhi kinerja finansial AALI sejak awal tahun 2023. Sebagai gambaran, pendapatan AALI di kuartal I 2023 senilai Rp 4,76 triliun, turun 27,66% dibanding raihan kuartal I 2022 sebesar Rp 6,48 triliun.
Baca Juga: Triputra Agro (TAPG) Membidik Target Produksi Serupa Dengan Tahun Lalu Sejalan, laba bersih AALI di kuartal I 2023 turun 53,51% YoY ke Rp 224,72 miliar, dari RP 483,45 miliar pada kuartal I 2022. Menurut Fenny, penurunan juga disebabkan karena harga CPO di kuartal I 202 sedang tingginya sepanjang sejarah. “Untuk itu, perlu pemahaman yang sama dulu bahwa memang jika dibandingkan dengan kondisi 2022, maka kinerja kita di kuartal I 2023 ini pastinya menurun,” tutur dia. Hal itu membuat AALI menyiapkan sejumlah strategi, yaitu penjualan yang bersifat
opportunistic dengan melihat peluang yang lebih menguntungkan. Tetapi Fenny enggan menyampaikan target pendapatan dan produksi di tahun 2023. “Kami berharap pendapatan dan produksi bisa naik. Namun, harga CPO ini sangat banyak faktor ketidakpastiannya, seperti ancaman El Nino,” papar dia.
Baca Juga: Dharma Satya Nusantara (DSNG) Siapkan Capex Rp 800 Miliar untuk Bangun PKS Baru Kepala Riset Surya Fajar Sekuritas Raphon Prima mengatakan, pergerakan harga CPO sangat mempengaruhi kinerja penjualan emiten CPO, karena mayoritas perusahaan
export-oriented. “Penjualan emiten CPO secara umum sudah mengalami penurunan sejak semester II 2022, yaitu ketika harga CPO mulai mengalami normalisasi,” kata Raphon kepada Kontan.co.id, Minggu (11/6). Menurut Raphon, sulit bagi emiten CPO untuk melakukan strategi karena kinerja banyak ditentukan oleh faktor eksternal.
Baca Juga: Industri Sawit Indonesia Terus Berkembang Kendati Dihambat Masuk Eropa Perlambatan ekonomi global masih menghantui, sehingga
demand dari China dan India masih dipertanyakan. Hal itu, kata Raphon, akan menekan harga CPO di sepanjang tahun 2023. “Di sisi lain, masih belum ada kejelasan mengenai hambatan yang diterapkan oleh Uni Eropa. Selain itu, potensi cuaca panas dari siklus El-Nino berpotensi menekan output,” paparnya. Oleh karena itu, Raphon belum merekomendasikan untuk membeli saham emiten CPO. “Potensi penurunan kinerja dan profitabilitas dari emiten CPO. Kami belum merekomendasikan emiten CPO untuk tahun ini,” pungkas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati