Harga Daging Ayam Melejit Saat Nataru, Tapi Peternak Mengaku Rugi, Kok Bisa?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga daging ayam mengalami kenaikan selama masa Natal dan Tahun Baru. Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional harga ayam naik 0,53% menjadi Rp 37.800 per kilogram (kg).

Meski begitu, peternak ayam justru mengaku mengalami kerugian karena modal produksi peternak di atas harga jual ayam di kandang.  

"Harga ayam hidup di kandang saat ini kisaran Rp 18.000 padahal modal sampai Rp. 20.000, sampai di sini peternak merugi," kata Sekretaris Jenderal (Gopan), Sugeng Wahudi pada Kontan.co.id, Jumat (30/12). 


Baca Juga: Para Ekonom Ramal Inflasi Desember Bakal Meningkat, Ini Faktor Pemicunya

Padahal, jika mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) harga ayam normal di kandang semestinya dapat mencapai harga Rp 21.000 per ekornya. 

Sugeng manyebutkan anjloknya harga ayam ditingkat peternak karena beberapa hal. Pertama, telah terjadi kenaikan pada harga bibit ayam (DOC) dari Rp 4.000 per ekor menjadi Rp 5.000 per ekor. 

Kedua, yaitu harga pakan ayam yang dirasa terlalu mahal yaitu kisaran Rp 8.500 hingga Rp 9.500 per kg. 

Sementara, biaya pakan dalam produksi daging ayam mencapai 70% dan sisanya untuk biaya pembelian bibit ayam, dan operasional. 

"Mustinya harga pakan ayam di kisaran Rp 8.000 sehingga biaya pokok produksi peternak juga turun," terang Sugeng.

Ketiga, unsur ketersediaan juga berlebih sehingga menyebabkan anjloknya harga ayam di tingkat peternak. 

Baca Juga: Hadapi Krisis Pangan, Indonesia Perlu Rencana Stok Pangan

Sugeng menilai kenaikan harga daging ayam di pasar lantaran sedang ada kenaikan permintaan karena momen nataru. 

Namun, menurutnya jika harga ayam di peternak Rp 18.000 - Rp 20.000 per kg, idealnya harga daging ayam di pasar hanya Rp 35.000 per kg. 

"Dugaan saya memang karena Nataru," tutup Sugeng. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi