Harga daging ayam naik karena permintaan melejit



JAKARTA. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi mengatakan kenaikan harga daging ayam dipasaran disebabkan permintaan yang tinggi hingga 40% dari biasanya. Permintaan terhadap daging ayam naik karena masuk bulan puasa dan harga daging sapi semakin tinggi dengan rata-rata harga di pasaran Rp 92.000 per kilogram (kg).

"Sebenarnya pasokan daging ayam dan telur tidak masalah. Pasokannya cukup, namun demikian, ada permintaan yang meningkat sampai 40% lebih tinggi dari keadaan normal menjelang bulan Ramadan," tutur Bayu di Kantor Presiden, Senin (8/7). Menurut Bayu, kenaikan harga pangan yang wajar menjelang bulan suci Ramadan ada pada kisaran 10% saja. 
Tingginya permintaan terhadap daging ayam tersebut karena masyarakat yang sebelumnya mengonsumsi daging sapi berpindah mengonsumsi daging ayam dan telur. "Bahkan beberapa pedagang bakso sudah mencampur antara daging sapi dengan daging ayam karena mahalnya daging sapi," tambah Bayu.
Saat ini harga daging ayam mencapai Rp 45.000 hingga Rp 50.000 per kilogram di beberapa pasar di Indonesia. Bandingkan dengan harga ayam pada masa normal  hanya sekitar Rp 25.000 hingga RP 30.000 per kilogram. 
Selain karena permintaan tinggi, lanjut Wamendag, naiknya harga pangan untuk ayam juga turut mendongkrat melejitnya harga daging ayam. Sekarang ini, harga jagung naik 30% dari biasanya. Nantinya Kemdag akan mempermudah distribusi jagung agar memungkinkan harga pangan ini bisa turun.
Sementara kenaikan harga cabai rawit dan bawang di pasaran disebabkan pasokannya turun sekitar 30% hingga 40% dari biasanya. Bayu mengklaim hanya harga dagign sapi, ayam, cabai dan bawang yang naik di luar kendali. Sementara harga kebutuhan pokok lainnya hanya mengalami kenaikan sebesar 1% atau 0,2% dalam dua hingga tiga minggu terakhir menjelang lebaran. Kenaikan tersebut tergolong wajar bila tiap kali menjelang bulan Ramadan.
--

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Amal Ihsan