Harga emas bakal bergerak terbatas



JAKARTA. Harga emas di pasar spot bergerak dalam kisaran sempit, di tengah perundingan dana talangan Yunani serta penundaan kenaikan suku bunga AS. Sepekan ke depan, harga emas masih cenderung tertekan.

Mengutip Bloomberg, Jumat (20/2) pukul 18.00 WIB, kontrak pengiriman emas bulan April 2015 di Commodity Exchange berada di level US$ 1.204 per ons troi atau turun 0,3% dibandingkan dengan hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga turun 1,8%.

Hasil pertemuan Bank Sentral AS, The Fed yang dirilis pekan ini menunjukkan, suku bunga rendah masih akan dijaga dalam jangka waktu lebih lama. Sementara data perumahan AS pada bulan Februari diprediksi memberi hasil positif.


Indikator lain adalah klaim pengangguran AS akan menyusut. Positifnya perekonomian AS mendukung kinerja dollar, sehingga meredupkan kilau emas. Emas juga terkikis oleh ketidakpastian perpanjangan dana talangan (bailout) Yunani. Kemarin, Menteri Keuangan Uni Eropa melakukan pertemuan di Brussel untuk membahas hal tersebut.

Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, harga emas masih bergerak di kisaran sempit. Menurutnya, para pelaku pasar saat ini tengah menanti keputusan Uni Eropa, apakah menerima atau menolak perpanjangan dana talangan Yunani selama enam bulan ke depan.

Sebelumnya, Jerman menolak perpanjangan bailout yang diajukan Yunani. Sekadar mengingatkan, masa berakhirnya program bailout Yunani jatuh pada 28 Februari 2015. “Jika Eropa menerima perpanjangan bailout Yunani, maka harga emas akan melemah kembali. Sebaliknya jika Eropa menolak perpanjangan, harga emas akan naik terbatas,” jelas Putu.

Dollar kuat Sebagai gambaran, harga emas sempat menguat pasca The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga tidak akan dilakukan dalam waktu dekat, Kamis (19/2) dini hari. Kala itu, dollar AS sempat melemah. Namun pada Jumat (20/2), indeks dollar AS kembali naik menjadi 94,64. Penguatan mata uang ini membatasi ruang pergerakan harga emas untuk mendaki.

Suluh Adil Wicaksono, analis PT Millenium Penata Futures menilai, pelaku pasar cenderung mengalihkan portofolio mereka ke aset aman berupa dollar AS ketimbang emas. Meski dollar AS dan emas tergolong safe haven (aset aman), nyatanya dollar lebih diminati di tengah ketidakpastian Yunani.

Terlihat dari pergerakan dollar AS yang menguat terhadap sebagian besar mata uang dunia. “Bahkan, kenaikan permintaan emas di China seiring Hari Raya Imlek tidak membantu mengangkat si kuning,” ujar Suluh.

Menurutnya, pernyataan The Fed yang tidak terburu-buru menaikkan suku bunga agar bursa saham AS tidak rontok tajam. Namun, kehati-hatian The Fed ini bukan berarti membatalkan kenaikan suku bunga. Oleh karena itu, pelemahan dollar AS hanya bersifat sementara.

Menurut Putu, secara teknikal,, harga emas cenderung tertekan. Hal ini tercermin dari pergerakan harga yang terperangkap di bawah moving average (MA) 50, 100, 200. Moving average convergence divergence (MACD) juga berada di area negatif, yakni minus 9.

Indikator stochastic juga berada di level 28% dengan arah turun. Sementara relative strength index (RSI) berada di level 28% dengan arah mendatar. RSI menunjukkan pergerakan emas dalam kisaran terbatas.

Sepekan mendatang, Putu memprediksi, harga emas antara US$ 1.187-US$ 1.238 per ons troi. Sementara Suluh menduga, harga emas terbentang di US$ 1.195-US$ 1.225 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto