Harga Emas Berada di US$ 1.942, Paladium Terus Melesat Akibat Serangan Rusia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas turun tipis setelah kemarin menguat tinggi. Rabu (2/3) pukul 6.50 WIB, harga emas spot berada di US$ 1.942,62 per ons troi.

Harga emas spot turun 0,14% dari penutupan perdagangan kemarin. Pada Selasa (1/3), harga emas melonjak 1,90% menjadi US$ 1.945,28 per ons troi dari sebelumnya US$ 1.908,99 per ons troi.

Krisis mendorong investor ke aset safe-haven. Wall Street tergelincir dan harga minyak melonjak kembali di atas US$ 100 per barel karena serangan Rusia menghantam ibu kota Ukraina, Kyiv, pada hari Selasa. 


Baca Juga: Wall Street Merosot di Awal Maret, Perbaikan Data Ekonomi Akan Jadi Penyokong

"Imbal hasil obligasi telah jatuh karena harga telah pulih pada arus safe-haven dan dengan beberapa investor mengurangi ekspektasi mereka tentang pengetatan agresif dari bank sentral. Dengan latar belakang ini, saya memperkirakan emas akan bergerak naik ke US$ 2.000," Fawad Razaqzada, analis ThinkMarkets dalam catatan yang dikutip Reuters

Emas dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman selama ketidakpastian tersebut dan juga lindung nilai terhadap kenaikan inflasi. Investor juga mengantisipasi pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres AS pada Rabu dan Kamis untuk kejelasan lebih lanjut tentang kenaikan suku bunga di tengah ketegangan Ukraina dan inflasi yang melonjak. 

Harga paladium melonjak ke puncak tujuh bulan pada hari Selasa karena sanksi Barat terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina meningkatkan kekhawatiran pasokan. Sementara ketegangan seputar krisis juga mendorong permintaan emas safe-haven. Logam auto-katalis melonjak sebanyak naik 0,74% ke US$ 2.607,81 per ons troi pada pagi ini setelah kemarin melonjak 3,85%. 

Baca Juga: Harga Emas Turun Tipis, Konflik Rusia Masih Menjadi Penopang Utama

"Ada kekhawatiran yang luar biasa bahwa Rusia, pengekspor utama paladium, akan menghadapi gangguan parah karena larangan penerbangan akan menimbulkan masalah besar dalam mendapatkan pasokan ke berbagai tempat," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA. 

"Pasar paladium sudah memiliki persediaan yang ketat dan sekarang risiko geopolitik akan menyebabkan kekurangan pasokan yang parah." 

Rusia adalah produsen paladium terbesar, dengan Nornickel yang berbasis di Moskow menyumbang 40% dari produksi tambang logam global tahun lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati