Harga Emas Berpeluang Naik, Disokong Peluang Penurunan Suku Bunga Acuan The Fed



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas diproyeksi bakal lebih bersinar di akhir tahun 2024. Logam kuning akan mendapat dukungan dari pelonggaran kebijakan moneter hingga permintaan yang meningkat dari India.

Research and Development Trijaya Pratama Futures Alwy Assegaf mengatakan, fundamental harga emas masih tetap solid yang sebelumnya sempat mencapai level tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) di tahun 2024.

Alwy melihat, tren kenaikan harga emas masih tetap terjaga seiring data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) mengindikasikan era suku bunga tinggi akan segera berakhir. Dimana, pekan ini akan menjadi petunjuk penting bagi arah suku bunga the Fed.


Baca Juga: Harga Emas Naik Seiring Pasar Bersiap Hadapi Pertemuan The Fed dan Data Ekonomi AS

Di awal pekan ini akan diawali dengan data Jolts Job Opening AS yang diperkirakan melambat, sehingga memperkuat asumsi suku bunga Fed akan dipangkas secepatnya. Lalu data tenaga kerja lainnya yakni ADP Employment Change diperkirakan juga melambat pada Rabu (31/7).

Kemudian, teka-teki arah suku bunga Fed akan semakin jelas pada rapat FOMC, Kamis (1/8). Federal Reserve kemungkinan besar akan memberikan petunjuk lebih gamblang terkait suku bunga acuan pada pertemuan tersebut.

“Pelaku pasar saat ini memang memperkirakan the Fed menahan suku bunga di rapat tersebut. Namun yang jadi perhatian utama pasar adalah prospek kebijakan moneter ke depan,” ujar Alwy saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (30/7).

Alwy menjelaskan, pasar saat ini memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga Fed di bulan September 2024 mendatang. Tak hanya sekali, pelaku pasar memproyeksi bank sentral AS kemungkinan kembali menurunkan level suku bunganya di bulan Desember 2024.

Di samping itu, berbagai bank sentral global juga diperkirakan akan segera melakukan normalisasi kebijakan diantaranya Bank of England (BoE) dan European Central Bank (ECB). Kebijakan bank sentral global dipandang sudah mengarah ke pelonggaran moneter di akhir tahun ini.

“Nah, pemangkasan suku bunga ini otomatis menjadi sentimen positif buat harga emas karena emas ini merupakan aset non-bunga. Jadi ketika ada pemangkasan suku bunga, maka aset non-bunga ini menjadi lebih menarik,” kata Alwy.

Sementara itu, lanjut Alwy, data Non Farm Payroll (NFP) AS yang dijadwalkan rilis pada Jumat (2/8) mendatang kemungkinan tidak akan berpengaruh banyak bagi harga emas. Sebab, data tenaga kerja AS itu diproyeksi melemah dan sorotan saat ini lebih kepada prospek penurunan suku bunga di bulan September.

Alwi menambahkan, di samping prospek suku bunga acuan, harga emas bakal juga dapat dorongan dari kebijakan India yang memangkas bea masuk emas dan perak menjadi 6%. 

Menurutnya, kebijakan ini dapat meningkatkan permintaan emas terutama permintaan emas fisik yang pada akhirnya positif bagi harga logam kuning tersebut.

“Seharusnya kebijakan ini juga menjadi dorongan positif buat permintaan fisik di India,  dan ini juga harusnya mendukung harga emas. India adalah negara konsumen terbesar emas di dunia setelah China,” imbuhnya.

Baca Juga: Harga Emas naik, Disokong Harapan Penurunan Suku Bunga The Fed dan Risiko Geopolitik

Alwy memperkirakan, harga emas spot kemungkinan akan mencapai US$ 2.500 per ons troi sebagai target harga selanjutnya di akhir 2024. Tren kenaikan harga emas global ini diperkirakan juga bakal diikuti oleh harga emas antam ke level Rp 1,5 juta per gram di akhir tahun.

Mengutip Bloomberg, Selasa (30/7) pukul 17.57 WIB, harga emas spot berada di posisi US$ 2.391 per ons troi yang menguat 0,32% dari posisi penutupan terakhir. Sementara, mengutip situs Logam Mulia, harga pecahan satu gram emas Antam berada di Rp 1.400.000 yang turun Rp 2.000 dari posisi harga kemarin.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi